Total Tayangan Halaman

Sabtu, 18 Juni 2011

Mentawai, ist a dream island part two


Nyanian Muara Siberut

Jam 04.30 pagi aktifitas di mesjid muara siberut sudah mulai terdengar, suara pengajian yang terdengar lantang dari speaker mesjid yang ada sebanyak 4 buah, mengarah ke 4 arah mataangin, dan tak lama kemudian suara adzan subuhpun sudah bergema dari mesjid membangunkan ummat islam untuk melaksanakan sholat shubuh berjamaah di mesjid dan satu persatu warga muara mulai bermunculan dari kediamannya untuk menunaikan sholat subuh di mesjid. Semua aktifitas ini dapat dilihat di lantai dua losmen yang kami tempati bersama tim di muara siberut. Setelah sholat, aktifitas lain mulai berjalan, beberapa orang mulai melakukan olah raga jalan kaki keliling muara siberut, namun ada juga yang marathon..

Pemukiman di Muara siberut, sepertinya sudah tertata dengan adanya lorong lorong yang saling terhubung dengan jalan 2-4 meter, terbuat dari beton semen, menghindari tergalinya jalan oleh kepiting. Umumnya penduduk beragama islam ysng berasal dari tepi (sumbar), namun sebagian beragama nasrani (berasal dari berbagai daerfah di sumatera), dan mereka hidup dengan damai keduanya. Penduduk asli sebagian masih menganut agama asli, namun sebagian sudah menganut agama islam dan nasrani.

Menjelang jam 06 pagi aktifitas harian mulai terlihat, ada yang menyapu halaman rumahnya dan sekaligus membakar sampahnya, ada yang sekedar jalan jalan saja, dan satu satu pedagang sayur dan ikan akan bermunculan di lorong lorong jalan muara denan mendorong gerobak yang berisi dagangan mereka, mereka akan berteriak untuk menjajakan dagangannya dari lorong ke lorong muara siberut. Pedagang sayur yang lewat umumnya adalah ibu ibu mentawai asli, terlihat dari ke khasan wajah dan asessori yang mereka pakai, yang menandakan mereka dari suku mentawai, ditambah lagi dengan bahasa yang mereka gunakan bahasa mentawai, jadi dibutuhkan orang ketiga kalau mau membeli sayuran, buah buahan dari mereka, misalnya, sesisir pisang raja isi 15 buah yang di bawa oleh seorang ibu mentawai di atas gerobaknya, hanya ditawarkan Rp 2500. Padagang lain juga mulai bermunculan, ada pedagang ikan, yang meneriakkan dagangan mereka, pedagang makanan kecil juga mulai bermunculan yang umumnya mereka adalah orang tepi (berasal dari pulau sumatera), 1 jerat ikan umumnya ditawarkan Rp 20 – 30.000 perikat berisikan 3-10 ekor ikan.  

Menjelang jam 07 pagi, didalam udara muara siberut yang masih terasa dingin, anak sekolah mulai bermunculan, mulai dari anak SD sampai ke SLTA akan memenuhi jalan, umumya mereka berjalan kaki, ada yang aneh, anak SLTP lebih tinggi dari anak SLTA, kenapa..??

Dari jauh terdengar kicau anak anak SD yang bemain dengan riangnya,  terdengar di lantai 2 losmen dimana kami berada, sebagian dari mereka terlihat main kejar kejaran, ada juga yang hanya duduk duduk di tangan tangan jembatan sekolah mereka, hampir semua mereka membawa papan jalan, ternyata hari ini ada ujian kenaikan kelas. lagi lagi terlihat, betapa tinggi tingginya anak SD tersebut, walau sebagian diantaranya ada yang pendek juga. Lagi lagi timbul pertanyaan….Kenapa..??

Pemilik toko mulai membuka tokonya masing masing, ada toko pakaian, ada kelontong, ada pecah belah, elektronik, obat obatan, jasa penyewaan boat, pariwisata, tukang jahit, pedagang makanan, warung nasi dll  dan beraktifitas menyiapkan dagangan masing masing. Kendaraan roda dua mulai terdengar hilir mudik dengan suara kenalpot yang keras. Termasuk suara becak yang mulai hilir mudik, melaksanakan kegiatan sehari hari, dan satu satu kendaraan roda 4 juga mulai bermunculan, kendaraan berplat merah atau kendaraan plat hitam yang hanya beberapa buah, juga mulai melaksanakan aktifitasnya, dan semuanya rutin..bergulir secara lambat.
PLN mati jam 13.00 siang dan hidup kembali jam 17.00, entah kenapa demikian,

Umumnya siang hari tidak banyak aktifitas yang dilakukan, toko yang buka hampir tidak ada pengunjung, dan kalaupun ada hanya satu dua orang yang membeli, sehingga ada pameo diantara pedagang yang ada..ndak pacah talua hari ko..artinya tidak ada transaksi hari ini. Namun sehabis ashar, kehidupan lain mulai menggeliat lagi sampai menjelang magrib. Malam hari siberut selatan seperti kota mati…tidak banyak aktifitas, satu dua kendaraan motor masih lalu lalang, demikian juga di pusat siberut lama atau muara siberut, tidak banyak aktifitas kalau malam hari, walaupun demikian beberapa rumah makan atau café masih tetap buka, dan kami sempat nyari makan malam hari sekitar jam 21.00 di muara siberut, dan tenryata beberapa rumah makan/café masih buka. Namun kehidupan lain seolah olah berhenti, sepi dan monoton.

Harga harga di muara siberut, umumnya satu setengah kali lipat dibanding harga di tepi (pulau sumatera), contoh sederhana saja adalah bensin, kalau di tepi harganya Rp 4500 perliter kalau di mentawai bisa mencapai Rp 10.000 perliter. Ongkos  ojek juga cukup mahal, rata rata 10 -15.000 perkali jalan. Hal ini disebabkan karena beberapa waktu sebelkumnya terjadi kelangkkan bahan bakar di siberut, sehingga penduduk membeli bahan bakar non subsidi yang mencapai Rp 15.000 perliternya.

Beda muara siberut saat ini dengan beberapa tahun yang lalu adalah makin banyaknya kendaraan roda dua, karena mudah dibawa dari padang semenjak kapal ambu ambu jenis ro-ro masuk ke pelabuhan malepet siberut selatan, akibatnya, penggunanya tidak terkontrol lagi, mulai dari anak SD sampai orang tua, menggunakan kendaraan roda dua, dengan kenalpot bersuara besar, hilir mudik, padahal harga bahan bakar bensin mencapai Rp 10 - 15,000 perliter. Sementara penggunaan BBM terbanyak disedot oleh kapal dan pompong serta speedbot.

Hari kedua di siberut, kami melakukan perjalanan ke siberut tengah di arah utara siberut selatan dengan menggunakan speedbot dengan 2 mesin @ 40 PK, dengan waktu tempuh lk 1 jam, dibutuhka biaya sekitar 1,3 juta rupiah untuk pembelian bahan bakar bensin dan mintah tanah pp, demikian juga ketika menuju tempat wisata mansilok diselatan siberut selatan, dengan waktu tempuh lk 1 jam, dibutuhkan biaya sebesar 1 juta rupiah. Artinya, kemana pun akan pergi di siberut, kebanyakan harus  menggunakan speedbot dengan biaya yang sangat tinggi, hal ini disebabkan bahan bakar yang ada sangat langka sementara penggunanya banyak, akhirnya harga BBM meningkat.

Asiknya naik speedbot di sberut adalah, karena speedbot tersebut dari KAYU SEBATANG artinya, speedbot dengan panjang sekitar 10 meter, terbuat dari sebatang kayu besar bergaris tengah lk 1 meter, yang dilubangi bagian tengahnya sehingga membentuk perahu yang kokoh, kemudian ditambah dengan kayu lain sehingga membentuk perahu, dan semuanya tidak pake cadik. Menurut informasi dari penduduk setempat, kalau speedbot ini diberi cadik, akan cepat patah karena ombak yang angat besar di perairan mentawai,  bentuk kapal yang cocok adalah kayu sebatang ini, dan mereka sangat lincah meliuk liuk di atas gelombang laut yang menggila, yang akan membuat penumpang siap siap kecipratan air laut. Pernah diberikan sppedbot jenis fiber ke beberapa puskesmas, namun speedbot ini tidak terpakai dan dibiarkan tenggelam begitu saja dipelabuhan, karena tidak cocok untuk perairan mentawai, apalagi untuk perairan mentawai barat yang lebih menggila lagi tinggi gelombangnya, dengan bentuk pantai berbatu cadas, yang siap menelan kapal yang terhempas oleh ombak besar, ciri khas ombak di pantai barat mentawai yang sangat ditakuti namun disukai oleh para turis mancanegara. Melakukan perjalanan lewat laut di kepulauan mentawai harus menanggung resiko tinggi, biaya mahal, namun kalau menggunakan jalan darat, harus siap siap jalan kaki dan tidur ditengah hutan kalau kemalaman, atau menggunakan jalan sungai, maka siap siap  untuk menggotong perahu kalau menemukan sungai dangkal, sekarang tinggal pilih, mau menggunakan jalan mana..??

Dan..mantawai telah menjadi tempat lahir ku yang kedua, I Loved Mentawai….

Muara Siberut, awal juni 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar