Total Tayangan Halaman

Senin, 20 Juni 2011

Gangguan tumbuh kembang anak, part I


by Fauzi 'Arasj.

Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh. Terdapat berbagai parameter untuk mengukur pertumbuhan seorang anak. Penilaian minimal dilakukan dengan mengukur berat badan dan panjang/tinggi badan serta lingkar kepala secara berkala. Ukuran yang diperoleh pada setiap pengukuran kemudian diplot di dalam grafik untuk melihat apakah pertumbuhan anak anda sudah baik
Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu : perubahan ukuran,  perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama,  serta munculnya ciri-ciri baru.  Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang berbeda-beda di setiap kelompok umur dan masingmasing organ juga mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda. Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat, yaitu: masa janin, masa bayi 0 – 1 tahun, dan masa pubertas
Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. (Soetjiningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003). Perkembangan dibagi menjadi 4 aspek, yaitu:
     Gerak kasar, misalnya kemampuan untuk tengkurap, duduk, berdiri, dan berjalan.
     Gerak halus, misalnya kemampuan memegang benda kecil dengan jari-jarinya, mencoret-coret, dan menyusun kubus.
     Bahasa, yaitu kemampuan untuk mengungkapkan perasaan/pikirannya dan berkomunikasi.
     Sosial dan kemandirian, yaitu kemampuan untuk menjalin interaksi dengan pihak lain serta mengurus dirinya sendiri.
Jika pada pemantauan awal (pemeriksaan screening) perkembangan anak ditemukan hal yang meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan perkembangan dengan metode yang lebih seksama dan spesifik.
Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan, sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya. Perkembangan fase awal meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu :
     kognitif,
     motorik,
     emosi,
     sosial,
     dan bahasa.
Perkembangan pada fase awal ini akan menentukan perkembangan fase selanjutnya. Kekurangan pada salah satu aspek perkembangan dapat mempengaruhi aspek lainnya.

Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Tahapan tumbuh kembang anak yang terbagi menjadi dua, yaitumasa pranatal. Masa pranatal adalah masa kehidupan janin di dalam kandungan. Masa ini dibagi menjadi dua periode, yaitu masa embrio dan masa fetus. Masa embrio adalah masa sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu, Masa fetus adalah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa postnatal atau masa setelah lahir terdiri dari lima periode.
    1. Masa neonatal dimana bayi berusia 0 - 28 hari.
    2. Masa bayi yaitu sampai usia 2 tahun.
    3. Masa prasekolah adalah masa anak berusia 2 – 6 tahun. Sampai dengan masa ini, anak laki-laki dan perempuan belum terdapat perbedaan,
    4. Masa sekolah atau masa pubertas, perempuan berusia 6 – 10 tahun, sedangkan laki-laki berusia 8 - 12 tahun. Anak laki-laki memulai masa pubertasa pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 20 tahun
    5. Anak perempuan memasuki masa adolensensi atau masa remaja lebih awal dibanding anak laki-laki, yaitu pada usia 10 tahun dan berakhir lebih cepat pada usia 18 tahun.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
 Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu : faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal/lingkungan). Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi dua faktor tersebut.
Faktor internal terdiri dari : perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom. Anak yang terlahir dari suatu ras tertentu, misalnya ras Eropa mempunyai ukuran tungkai yang lebih panjang daripada ras Mongol. Wanita lebih cepat dewasa dibanding laki-laki. Pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki, kemudian setelah melewati masa pubertas sebalinya laki-laki akan tumbuh lebih cepat. Adanya suatu kelainan genetik dan kromosom dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti yang terlihat pada anak yang menderita Sindroma Down
Faktor  Eksternal/lingkungan juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Contoh faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah : gizi, stimulasi, psikologis, dan sosial ekonomi. Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi yang terdapat dalam darah ibu. Setelah lahir, anak tergantung pada tersedianya bahan makanan dan kemampuan saluran cerna. Hasil penelitian tentang pertumbuhan anak Indonesia (Sunawang, 2002) menunjukkan bahwa kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi pada usia 6-18 bulan. Penyebab gagal tumbuh tersebut adalah keadaan gizi ibu selama hamil, pola makan bayi yang salah, dan penyakit infeksi.
Faktor lain yang tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan dan perkembangan anak adalah faktor sosial ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek, serta kurangnya pengetahuan. (Tanuwijaya, 2003).
Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh stimulasi dan psikologis.  Rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya dengan penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain akan mempengaruhi anak dlam mencapai perkembangan yang optimal. Seorang anak yang keberadaannya tidak dikehendaki oleh orang tua atau yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangan.

Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.
Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi : gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan perilaku

1.      Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan anak. Menurut Soetjiningsih (2003) bila grafik berat badan anak lebih dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan, apabila grafik berat badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal.
Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter yang penting dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai pada anak yang menderita hidrosefalus, megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan variasi normal. Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan variasi normal.
Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat.  Jenis gangguan penglihatan yang dapat diderita oleh anak antara lain adalah : maturitas visual yang terlambat, gangguan refraksi, juling, nistagmus, ambliopia, buta warna, dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik, glaukoma, dan lain sebagainya. (Soetjiningsih, 2003).
Sedangkan ketulian pada anak dapat dibedakan menjadi tuli konduksi dan tuli sensorineural. Menurut Hendarmin (2000), tuli pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan postnatal. Faktor prenatal antara lain adalah genetik dan infeksi TORCH yang terjadi selama kehamilan. Sedangkan faktor postnatal yang sering mengakibatkan ketulian adalah infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.

2.      Gangguan Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal.  Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan. dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut.
Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik.
 
3.      Gangguan Perkembangan Bahasa.
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak.  Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional, dan perilaku (Widyastuti, 2008).  Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu:
a.       adanya faktor genetik,
b.      gangguan pendengaran,
c.       intelegensia rendah,
d.      kurangnya interaksi anak dengan lingkungan,
e.       maturasi yang terlambat,
f.       dan faktor keluarga.
Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan karena adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi.  Gagap juga termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas (Soetjingsih, 2003).

4.      Gangguan Emosi dan Perilaku,
Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai gangguan yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan yang muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruh interaksi sosial dan perkembangan anak. Contoh kecemasan yang dapat dialami anak adalah : fobia sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan kecemasan setelah mengalami trauma
Gangguan perkembangan pervasif pada anak meliputi autisme serta gangguan perilaku dan interaksi sosial. Menurut Widyastuti (2008) autism adalah kelainan neurobiologis yang menunjukkan gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku. Autisme ditandai dengan terhambatnya perkembangan bahasa, munculnya gerakan-gerakan aneh seperti berputar-putar, melompat-lompat, atau mengamuk tanpa sebab.

Beberapa factor resiko dan penyebab gangguan/kelainan tumbuh kembang anak
  1. Usia ibu terlalu muda (<18 tahun) : retardasi mental, trisomi (gangguan gen yang dibawa sejak lahir).
  2. Usia ibu terlalu tua (>35 tahun) : retardasi mental, mongolism, Klenefelters, Kelainan SP Celah bibir dan langit-langit.
  3. Umur ayah terlalu tua : Akhondroplasia, tuli, kelainan SSP.
  4. Genetic : Berbagai penyakit herediter, Retardasi mental, Kecenderungan premature/postmatur.
  5. Faktor Sosial (kemiskinan) : BBLR, Kelainan bawaan
  6. Gizi kurang : BBLR, Retardasi mental, Kerusakan Otak janin
  7. Anak Pertama : Gangguan sikap dan perilaku, Berbagai kelainan bawaan, Disfungsi minimal otak.
  8. Jarak anak terlalu dekat : Prematuritas, Gangguan psikomotor
  9. Ibu perokok : BBLR/janin tumbuh lambat
  10. Factor musim dan ras : Spina bifida, polidaktili
  11. Infeksi TORCH : Berbagai kelainan bawaan
  12. Endokrin/hormone : Hipoglikemia, gigantism, Hipotiroidism
  13. Trauma lahir : CP, Retardasi mental
  14. Trauma sesudah lahir : CP, Cacat tubuh
  15. Infeksi Susunan saraf : Kelumpuhan, retardasu mental, bisu, tuli, buta, dsb.
 Penutup
      Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses yang diawali dari konsepsi (pembuahan) sampai pematangan atau dewasa.
      Melalui proses tersebut anak tumbuh menjadi lebih besar dan bertambah matang dalam segala aspek baik fisik, emosi, intelektual, maupun psikososial.
      Apabila terdapat suatu masalah dalam proses tersebut maka yang akan berakibat terhambatnya anak mencapai tingkat tumbuh kembang yang sesuai dengan usianya
      Apabila gangguan ini berlanjut maka akan menjadi suatu bentuk kecacatan yang menetap pada anak. Namun, apabila sejak dini gangguan tumbuh kembang sudah terdeteksi, maka kita dapat melakukan suatu intervensi sesuai dengan kebutuhan anak.
      Melalui intervensi yang dilakukan sejak dini itulah tumbuh kembang anak pada tahap selanjutnya dapat berjalan dengan lebih baik
      Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang banyak dijumpai di masyarakat, sehingga sangatlah penting apabila semua komponen yang terlibat dalam tumbuh kembang anak, yaitu : orang tua, guru, dan masyarakat dapat bekerja sama dalam melakukan pemantauan sejak dini.
      Tujuan akhir dari pemantauan dini gangguan tumbuh kembang anak ini tentunya adalah harapan kita dalam terwujudnya generasi harapan bangsa yang lebih baik dan berkualitas

Sumber: dari berbagai kepustakaan


Padang, medio juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar