Total Tayangan Halaman

Sabtu, 22 September 2012

Don’t Become a Diabetes Statistic. http://hiltonpub.com/blog/index.php/category/healthy-eating/


Menurut perkiraan terbaru (2010) yang dilakukan oleh Centers for Disease Control (CDC) Amerika, pada tahun 2010 ada sekitar 25,8 juta orang Amerika di atas usia 20 memiliki menderita penyakit diabetes (DM). Angka ini mewakili sekitar 11% dari jumlah penduduk AS dalam kelompok umur yang sama. Disisi lain, sebagai kejadian diabetes pada anak-anak dan remaja juga terus meningkat, prevalensi diabetes diperkirakan akan meningkat setidaknya sampai 225%, menjadi lebih dari 39 juta orang yang memiliki diabetes dalam 50 tahun ke depan.
Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit Diabettes ini, berikut praktek perilaku harus diterapkan secara simultan dan konsisten dari waktu ke waktu.

  1. Menjaga berat badan yang sesuai dengan ukuran. Salah satu ukuran yang relatif sederhana untuk melihat kelebihan lemak tubuh adalah dengan perhitungan BMI (Body Mass Index), rasio lingkar pinggang dan pinggang-panggul. Meskipun ukuran ini tidak sempurna, peningkatan kejadian BMI ternyata berhubungan kuat dengan diabetes dan kemiskinan pada umumnya. Kegemukan didefinisikan sebagai BMI 25 dan obesitas sebagai BMI  30 atau lebih besar.
  2. Ikuti diet yang ditentukan rencana. Makanan adalah  sumber nutrisi dan juga kendaraan untuk interaksi sosial. Menjadi disiplin dan makan makanan yang sehat dengan banyak buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan daging tanpa lemak akan dapat membantu individu dalam  mempertahankan berat badan optimal.
  3. Terlibat dalam olahraga setiap hari. Melaksanakan setidaknya 30 menit latihan aktif setiap hari adalah cara yang baik untuk membantu menjaga kelebihan atau untuk menurunkan berat badan. Seiring dengan latihan aerobik seperti berjalan kaki, berenang dan bersepeda, latihan tlak peluru dan pelatihan ketahanan adalah penting untuk membangun otot, yang akan membantu menjaga metabolisme revved.

Senin, 11 Juni 2012

ALIH TUGAS PENGURUS PERSAGI SUMBAR 2012-2017
by Fauzi Arasj (Juni 12, 2012)


Pelaksanaan alih tugas pengurus PERSAGI Sumatera Barat, dari pengurus lama periode 2007-2012  ke pengurus baru periode 2012-2017 sudah terlaksana dengan baik melalui MUSDAPERSAGI Sumbar tanggal 9 juni 2012, yaitu dari sdr Edmon SKM, MKes ke Ir Zulferi Des Otman MPd Datuak Balang, yang disaksikan serta di lantik langsung oleh Pengurus DPP Persagi Pusat DR Atmarita saat itu juga. Acara ini di kemas sedemikian rupa berbarengan dengan pelaksanaan seminar nasional berjudul REMAJA SADAR GIZI, MENUJU SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS dengan mendatangkan pembicara dari Balitbangkes Depkes yaitu DR Abas Basuni Jahari, DR Atmarita, DrPH dan Iswanelly Mourbas SKM, MKes, yang dihadiri oleh lebih dari 300 orang anggota persagi sumbar dari 19 Kabupaten Kota yang ada di Sumbar. Anggota PERSAGI berharap agar, kedepan pengurus baru dapat membawa PERSAGI dan ANGGOTA nya menuju ke titik pencerahan yang lebih baik lagi dengan berbagai program, mengingat tantangan masalah gizi kedepan bukan masalah yang main main. Semoga.

INTERAKSI ANTARA MAKANAN DAN OBAT
By Fauzi ‘Arasj (Disari dari berbagai blog, Juni 12, 2012). 

Gambaran fisiologis interaksi antara makanan dan obat adalah apabila efek suatu obat dipegaruhi oleh berbagai cara karena kehadiran senyawa lain (obat, makanan atau senyawa yang terdapat pada lingkungan). Tiap saat ketika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu obat, perubahan tersebut dianggap sebagai interaksi obat-makanan. Interaksi seperti itu bisa terjadi, tetapi tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan, dan beberapa obat hanya dipengaruhi oleh makanan-makanan tertentu. Interaksi obat-makanan dapat terjadi dengan obat-obat yang diresepkan, obat yang dibeli bebas, produk herbal, dan suplemen diet. Meskipun beberapa interaksi mungkin berbahaya atau bahkan fatal pada kasus yang langka, interaksi yang lain bisa bermanfaat dan umumnya tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti terhadap kesehatan.

Angka Kejadian Interaksi Obat
Interaksi obat yang merugikan merupakan penyebab dari 4,2 – 6 % dari jumlah total pasien yang dirawat di rumah sakit (USA). Berbagai laporan mengenai kejadian interaksi obat sangat bervariasi, diperkirakan sangat tinggi, yaitu sekitar 50% dari pengobatan terjadi interaksi obat.
Angka di indonesia…?? Resiko akan mengalami interaksi obat yang merugikan akan meningkat sejalan dengan semakin banyak obat yang diberikan, seperti pada pasien yang sedang mengalami terapi HIV. Disamping itu pada pasien ini juga telah banyak mengalami perubahan kondisi fisiologi.

Potensi Kejadian Interaksi obat
Pasien lanjut usia juga beresiko akan mengalami kejadian interaksi obat yang merugikan yang disebabkan karena perubahan kondisi metabolik dan fungsi ginjal dan polifarmasi. Dengan semikian kunci utama bagi para klinisi adalah apakah interaksi obat yang terjadi berpotensi akan menimbulkan efek klinik yang signifikan atau tidak

Makna klinik Interaksi Obat
Interaksi obat akan ditegakkan apabila mampu memberikan efek klinik yang berarti dan ketika interaksi obat tersebut berpotensi menimbulkan efek toksik atau mengurangi efek terapi obat. Walaupun demikian, kejadian interaksi obat juga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan efek klinik yang menguntungkan. Sebagai contoh, interaksi Ritonavir (ART/protease inhibitor) dengan senyawa lain yang mampu menghambat metabolismenya, mengakibatkan ritonavir hanya diberikan dalam dosis rendah pada pasien HIV dengan tujuan untuk meningkatkan konsentrasi dalam plasma obat ini. Sedangkan manfaat lain dari “ritonavir-boosting” ini termasuk mengurangi penggunaan obat “penurun kadar lemak” mengurangi pembatasan makanan pada pasien dan meningkatkan respon dari aktifitas antivirus dalam terapi yang dialami pasien

Klasifikasi Interaksi Obat
1.       Minor drugs interaction. Umumnya tidak terlalu berpengaruh pada efek klinik dan tidak membutuhkan perubahan regiment terapi.(ex : Furocemid and hydralazine).
2.      Moderate drugs interaction. Jika terjadi interaksi, membutuhkan penyesuaian dosis dan monitoring ketat. (ex : Rifampin and isoniazid).
3.      Severe drugs interaction. Interaksi ini harus dihindari sedapat mungkin, karena berpotensi menimbulkan toksisitas yang berbahaya. (ex : ketoconazole causes marked increases in cisapride exposure).

Interaksi Obat dan makanan
Interaksi obat dan makanan terjadi bila makanan yang dimakan mempengaruhi bahan dalam obat yang diminum sehingga obat tidak bisa bekerja sebagaimana mestinya.  Interaksi ini dapat menyebabkan efek yang berbeda-beda, dari mulai peningkatan atau penurunan efektivitas obat sampai efek samping. Makanan juga dapat menunda, mengurangi atau meningkatkan penyerapan obat. Itulah sebabnya mengapa beberapa obat harus diminum pada waktu perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan) dan beberapa obat lain sebaiknya diambil bersamaan dengan makanan
Interaksi antara obat & makanan dapat terjadi ketika makanan yang dimakan mempengaruhi obat yang sedang digunakan, sehingga mempengaruhi efek obat tersebut. Interaksi antara obat & makanan dapat terjadi baik untuk obat resep dokter maupun obat yang dibeli bebas, seperti obat antasida, vitamin dll
Kadang-kadang apabila minum obat berbarengan dengan makanan, maka dapat mempengaruhi efektifitas obat dibandingkan apabila diminum dalam keadaan perut kosong.  Selain itu konsumsi secara bersamaan antara vitamin atau suplemen herbal dengan obat juga dapat menyebabkan terjadinya efek samping.
Pada pemberian obat-obat tertentu bersamaan dengan makanan dapat terjadi interaksi yang berakibat, makanan dapat mengubah aktivitas obat yang mengakibatkan respons terhadap obat berkurang atau sebaliknya respons terhadap justru meningkat, sebaliknya obat dapat pula memberikan efek negatif terhadap makanan, misalnya berkurangnya nutrisi makanan tertentu.

Efek Makanan Terhadap Absorpsi Obat
Pada interaksi obat – makanan yang paling sering terjadi ialah terganggunya absorpsi obat dari saluran cerna. Alasan utama mengapa terjadi interaksi obat – makanan ialah karena sebagian besar obat diberikan secara oral.
Sebagaimana halnya pada interaksi absorpsi obat – obat, interaksi obat – makanan dapat mengakibatkan kecepatan absorpsi obat terganggu, atau mungkin juga jumlah seluruh obat yang diabsorpsi berkurang, dengan perkataan lain bioavailabilitas obat berkurang. Kelompok-kelompok obat yang absorpsinya terhambat karena makanan antara lain kebanyakan preparat Penicillin, Tetracyclin, Digoxin, Acetaminophen, Levodopa, Aspirin.  Dengan demikian waktu yang sebaiknya bagi penderita untuk meminum obat-obat tersebut ialah satu jam sebelum atau dua jam sesudah makan. Obat-obat tertentu absorpsinya justru meningkat kalau diberikan bersamaan dengan makanan, misalnya Spironolacton, Griseofulvin kalau dimakan bersamaan dengan makanan tertentu (berlemak).

Contoh reaksi yang dapat timbul apabila terjadi interaksi antara obat & makanan
Makanan dapat mempercepat atau memperlambat efek dari obat. Beberapa obat tertentu dapat menyebabkan vitamin & mineral tidak bekerja secara tepat di tubuh.  Menyebabkan hilangnya atau bertambahnya nafsu makan. Obat dapat mempengaruhi nutrisi tubuh. Obat herbal dapat berinteraksi dengan obat modern.
Selain itu, besar kecilnya efek interaksi antara obat & makanan antara tiap orang dapat berbeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu seperti: Besarnya dosis obat yang diminum. Usia, kondisi tubuh & kondisi kesehatan pasien. Waktu konsumsi makanan & waktu konsumsi obat.
Untuk menghindari terjadinya interaksi antara obat & makanan, bukan berarti menghindari untuk mengkonsumsi obat atau makanan tersebut. Yang sebaiknya dilakukan adalah pengaturan waktu antara obat & makanan untuk dikonsumsi dalam waktu yang berbeda. Dengan mempunyai informasi yang cukup mengenai obat yang digunakan serta kapan waktu yang tepat untuk mengkonsumsinya, maka kita dapat menghindari terjadinya interaksi antara obat & makanan.

Efek Interaksi Obat dan makanan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, beberapa makanan dapat berinteraksi dengan obat tertentu seperti misalnya berikatan dengan zat aktif obat sehingga mengurangi penyerapan obat atau mempercepat eliminasi obat. Karena biasanya orang dewasa mengkonsumsi lebih banyak obat dibandingkan anak-anak, maka efek interaksi antara obat & makanan dapat meningkat seiring dengan usia. Akan tetapi biasanya efek samping tersebut kurang diketahui atau diperhatikan karena reaksi yang terjadi hampir menyerupai gejala atau tanda dari penyakit tertentu, seperti diare atau konstipasi, rasa lelah dll

Interaksi Farmakologik
Selain berpengaruh terhadap obat, makanan dapat juga berinteraksi (invivo) dengan obat tertentu. Dari segi klinik yang penting antara lain adalah yang terjadi pada MAO-inhibitor
MAO- Inhibitor (Monoamine Oxydase Inhibitor)
Unsur monoamine oxydase dapat membiotrasnferasi Tyramin yang ada dalam makanan sebelum mencapai sirkulasi sistemik. Bila seorang penderita diberi terapi dengan salah satu dengan obat MAO-I, maka ada kemungkinan Tyramin yang didapat dalam makanan, tiba-tiba dalam jumlah yang besar masuk dalam peredaran sistemik dan ini dapat mengakibatkan pressor yang besar sekali, sehingga dapat terjadi hipertensi yang akut atau krisis hipertensi

Jenis Obat dan Makanan yang dapat berinteraksi
Salah satu contoh interaksi antara obat & makanan yang dapat terjadi adalah keasaman dari jus buah dapat menurunkan efektifitas antibiotika seperti penisilin, kemudian susu dapat membentuk kelat apabila diminum dengan tetrasiklin sehingga mempengaruhi efektifitas antibakteri tetrasiklin

Berikut adalah contoh aturan minum beberapa jenis obat
Harus diminum dalam keadaan perut kosong  antara lain Ampicillin, Bisacodyl, Captopril, Dicloxacillin, Lansoprazole, Omeprazole, Rifampicin, Sulfamethoxazole –trimethoprim, Sulfadiazine, Tetracycline.
Diminum dalam keadaan perut penuh, antara lain adalah Allopurinol (diminum sesudah makan), Augmentin, Aspirin, Chloroquine, Cimetidine, Diclofenac, Doxycycline, Griseofulvin, Metronidazole, Piroxicam, Prednisone
Beberapa jenis obat yang dapat berinteraksi apabila diminum dengan dengan jus buah terutama buah anggur, seperti : Alprazolam, Atorvastatin , Benzodiazepines, Carbamazepine, Clarithromycin, Codeine, Dextromethorphan, Diazepam, Diltiazem, Estrogen, Erythromycin, Lovastatin, Nifedipine, Progesterone dan Simvastatin

Menghindari Interaksi
Meskipun tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan atau dapat berinteraksi dengan makanan, akan tetapi lebih baik untuk memperhatikan aturan minum dari setiap obat yang di konsumsi. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya interaksi antara obat & makanan, sebaiknya :
1.       Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan dengan dokter yang meresepkan atau apoteker.
2.      Baca aturan pakai, label perhatian & peringatan interaksi obat yang tercantum dalam label atau wadah obat. Bahkan obat yang dijual bebas juga perlu aturan pakai yang disarankan.
3.      Sebaiknya minum obat dengan segelas air putih.
4.      Jangan campur obat dengan makanan atau membuka kapsul kecuali atas petunjuk dokter.
5.      Vitamin atau suplemen kesehatan sebaiknya jangan diminum berbarengan dengan obat karena terdapat beberapa jenis vitamin & mineral tertentu yang dapat berinteraksi dengan obat.
6.      Jangan pernah minum obat berbarengan dengan minuman yang mengandung alkohol
7.      Sebelum mengkonsumsi obat, sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter atau apoteker untuk mengetahui aturan pakai yang tepat.  
8.     Dan juga saat konsultasi dengan dokter, beritahukan semua obat atau vitamin yang sedang di konsumsi saat ini untuk mencegah terjadinya interaksi

Beberapa contoh interaksi obat dan makanan
Tidak semua obat berinteraksi dengan makanan. Namun, banyak obat-obatan yang dipengaruhi oleh makanan tertentu dan waktu  memakannya

1.      Jus Jeruk.

Jus jeruk menghambat enzim yang terlibat dalam metabolisme obat sehingga mengintensifkan pengaruh obat-obatan tertentu. Peningkatan pengaruh obat mungkin kelihatannya baik, padahal tidak. Jika obat diserap lebih dari yang diharapkan, obat tersebut akan memiliki efek berlebihan. Misalnya, obat untuk membantu mengurangi tekanan darah bisa menurunkan tekanan darah terlalu jauh. Konsumsi jus jeruk pada saat yang sama dengan obat penurun kolesterol juga meningkatkan penyerapan bahan aktifnya dan menyebabkan kerusakan otot yang parah. Jeruk yang dimakan secara bersamaan dengan obat anti-inflamasi atau aspirin juga dapat memicu rasa panas dan asam di perut.

2. Makanan mengandung Kalsium

Kalsium atau makanan yang mengandung kalsium, seperti susu dan produk susu lainnya dapat mengurangi penyerapan tetrasiklin
3.     Makanan Kaya Vitamin
Makanan yang kaya vitamin K (kubis, brokoli, bayam, alpukat, selada) harus dibatasi konsumsinya jika sedang mendapatkan terapi antikoagulan (misalnya warfarin), untuk mengencerkan darah. Sayuran itu mengurangi efektivitas pengobatan dan meningkatkan risiko  trombosis (pembekuan darah).
4.     Anggur
Minuman jus anggur diketahui dapat menyebabkan masalah dengan menghambat enzim yang bekerja dalam metabolisme obat dan menguatkan efek obat-obatan tertentu, termasuk diantaranya estrogen (yang ada di dalam pil penjarang kehamilan), calcium channel blockers (obat tekanan tinggi) dan obat penenang benzodiazepine tertentu.darah
5.     Digoxin
Penderita penyakit jantung yang sedang meminum obat digoxin, sebaiknya   menghindari  mengkonsumsi havermut-oatmeal.  Kandungan serat tinggi di dalam havermut diketahui dapat menghambat proses absorpsi obat.
6.     Kafein
Kafein meningkatkan risiko overdosis antibiotik tertentu (enoxacin, ciprofloxacin, norfloksasin). Untuk menghindari keluhan palpitasi, tremor, berkeringat atau halusinasi, yang terbaik adalah menghindari minum kopi, teh atau soda pada masa pengobatan
7.     Tyramine
Jangan mencampur jenis makanan yang kaya akan kandungan tyramine seperti yang terdapat pada keju, daging olahan, avokad, pisang, red wine ataupun produk-produk yang mengandung kafein dengan MAO Inhibitor (obat untuk penderita depresi fobia). Pencampuran ini dapat menyebabkan orang menderita sakit kepala yang parah dan kenaikan tekanan darah yang kemungkinan berakibat fatal (Hypertensive Crisis).

Beberapa jenis makanan dapat mencegah obat-obat tertentu untuk diserap ke dalam darah setelah ditelan, dan yang lain sebaliknya dapat meningkatkan penyerapan obat. Contohnya, jika meminum segelas susu ketika menggunakan obat antibiotik tetrasiklin, maka calcium yang ada dalam susu akan mengikat tertrasiklin, membentuk senyawa yang tidak mungkin dapat diserap oleh tubuh ke dalam darah, sehingga efek yang diharapkan dari obat tetrasiklin tidak akan terjadi. Meminum segelas jus citrus bersamaan dengan suplemen yang mengandung zat besi akan sangat bermanfaat karena vitamin C yang ada dalam jus akan meningkatkan penyerapan zat besi
Beberapa makanan benar-benar bisa mengganggu efek yang diinginkan dari obat. Contohnya, orang yang menggunakan obat pengencer darah warfarin seharusnya tidak mengkonsumsi secara bersamaan makanan yang banyak mengandung vitamin K seperti brokoli, atau bayam, maka vitamin K membantu pembekuan darah, sehingga melawan efek dari obat warfarin.  Efek yang sebaliknya terjadi dengan vitamin E, bawang dan bawang putih, karena bahan-bahan ini menghaslkan efek yang mirip dengan efek warfarin. Konsumsi dalam jumlah besar dari makanan ini dapat menyebabkan efek warfarin menjadi terlalu kuat.

Tips
1.       Ikuti petunjuk pemberian obat oleh dokter/apoteker, apakah obat harus diminum saat perut kosong, bersamaan dengan saat makan, atau waktu lainnya.  
2.      Bila membeli obat bebas, bacalah dengan seksama label petunjuk pemakaian obat untuk memeriksa hal ini, terutama pada bagian “interaksi obat”. Baca semua petunjuk, peringatan dan pencegahan interaksi yang tercetak pada label tersebut.
3.      Bila mendapatkan obat resep dari dokter, tanyakan padanya makanan apa yang harus dihindari saat mengkonsumsinya
4.      Baca label obat resep. Jika tidak memahami sesuatu, tanyakan kepada dokter atau apoteker. Minumlah obat dengan segelas air, kecuali dokter menyarankan lain.
5.      Bila kesulitan menelan obat dengan air, tanyakan apakah boleh menggantinya dengan pisang, misalnya. Dokter mungkin dapat memberi alternatif bentuk obat lain seperti sirup atau puyer untuk itu.
6.      Jangan mengaduk obat dengan makanan atau membuka kapsul (kecuali disarankan dokter), karena hal tersebut dapat mengubah cara obat bekerja
7.      Jangan meminum pil vitamin bersamaan dengan meminum obat.  Vitamin dan mineral dapat berinteraksi dengan beberapa obat-obatan.
8.     Jangan mencampur obat ke dalam minuman panas karena panas dapat merusak atau menghambat kerja obat.
9.      Produk herbal tidak dianggap sebagai obat sehingga tidak diuji secara komprehensif. Namun, makanan tersebut mungkin dapat berinteraksi dengan obat tertentu. Bila memakai herbal atau jamu, harus memberitahu dokter dan apoteker untuk menghindari interaksi obat.

Telah banyak penelitian yang menunjukkan terjadinya interaksi antara buah grapefruit (Citrus paradisi/JERUK). Sebuah penelitian yang memulai studi tentang interaksi ini adalah penelitian case report oleh Bonin B, Vandel P, Vandel S, Kantelip JP (2001). Seorang pria 58 tahun, menerima carbamazepine 1000mg perhari untuk penatalaksanaan epilepsi yang dideritanya. Suatu ketika pasien tersebut ditemukan mengalami kenaikan kadar carbamazepine dalam darah sampai dengan 11 mcg/ml, padahal biasanya kadar carbamazepin pasien tersebut tidak lebih dari 5,4 mcg/ml. Pasien tersebut mengatakan selama 1 bulan terakhir ia rutin mengkonsumsi 1 buah grapefruit setiap hari.
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Garg SK, Kumar N,  Bhargava VK, Prabhakar SK (1998), sebuah studi acak dilakukan terhadap 10 orang pengidap epilepsi yang menerima carbamazepine 200mg 3 kali sehari. Ditemukan bahwa pemberian dosis tunggal jus grapefruit 300 ml perhari dapat menaikkan kadar plasma dan AUC carbamazepine sebanyak 40%.
Untuk buah delima (Punica granatum), Hidaka M., et all (2005) menemukan bahwa buah delima memiliki karakteristik interaksi terhadap carbamazepine yang sama dengan dengan grapefruit
Mekanisme interaksi yang dihipotesiskan dalam beberapa penelitian dirangkum dalam Sockley’s (2005) adalah sebagai berikut:
1.       Sitokrom P450 koenzim CYP3A4 merupakan enzim utama yang terlibat dalam metabolisme karbamazepin.
2.      Grapefruit/jeruk dan buah delima menginhibisi sitokrom P450 isoenzim CYP3A4, yang mengakibatkan terhambatnya metabolisme karbamazepin, sehingga jumlah karbamazepin aktif meningkat

Bagaimana mengetahui jika suatu makanan tertentu aman dikonsumsi?
Untungnya, jumlah interaksi makanan dan obat yang memberikan efek berbahaya sedikit sekali. Meskipun begitu, agar aman, harus hati-hati membaca label semua obat yang digunakan untuk mengecek interaksinya. Selalulah bicarakan dengan dokter atau apoteker  tentang makanan ( obat ) yang diketahui berinteraksi. Selain itu, jika obat terlihat tidak menghasilkan efek yang diharapkan, atau jika mengalami efek samping yang tidak diharapkan, evaluasi diet/ makanan tersebut dengan dokter atau apoteker untuk mengetahui kemungkinan adanya interaksi obat – makanan.

Bagaimana jika tidak dibolehkan mengkonsumsi makanan favorit ..?
Jika dokter atau apoteker menyarankan untuk menghindari makanan tertentu saat menggunakan obat, sangat penting untuk menghindari makanan tersebut. Tetapi pilihan lain masih tetap tersedia. Jika sedang ada dalam situasi seperti ini, sampaikan masalah ini pada dokter atau apoteker. Beberapa interaksi makanan dan obat terjadi hanya jika makanan dimakan pada saat yang sama dengan obat, buat skedul yang memungkinkan untuk menggunakan obat sambil terus mengkonsumsi makanan favorit anda

Bagaimana makanan dan obat berinteraksi?
  1. Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda.
  2. Perubahan-perubahan lain dapat disebabkan oleh jumlah protein dalam diet, atau bahkan cara makanan tersebut disiapkan.
  3. Salah satu cara yang paling umum makanan mempengaruhi efek obat adalah dengan mengubah cara obat-obat tersebut diuraikan        ( dimetabolisme ) oleh tubuh.
  4. Jenis protein yang disebut enzim, memetabolisme banyak obat. Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim ini bekerja lebih cepat atau lebih lambat, baik dengan memperpendek atau memperpanjang waktu yang dilalui obat di dalam tubuh. Jika makanan mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan dapat menjadi kurang efektif. Jika makanan memperlambat enzim, obat akan berada lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak dikehendaki

Minggu, 06 Mei 2012


beberapa saat yang lalu, di kota padang sudah dilaksanakan pekan MDGs, dengan melaksanakan berbagai kegiatan. berikut disampaikan beberapa hal tentang MDGs antara lain tentang status MDGs di Indonesia dan Target global dari MDGs itu sendiri.

Status of MDGs in Indonesia http://www.undp.or.id/mdg/

·         Over 13% of population of 240 million people still live below the national poverty line, and nearly half the population lives on less than USD 2 a day.
·         The proportion of the population with sustainable access to clean water and sanitation has not increased significantly.
·         Proportion of population using an improved sanitation facility in urban and rural areas still far below the target.
·         Indonesia's maternal mortality rate of 228 per 100,000 remains one of the highest in Southeast Asia.
·         HIV/AIDS infection in accelerating sharply across the country; Papua and high-risk urban areas are of particular concern.
·         Approximately 95 percent of children enroll in primary school, with 95% literacy rate of population aged 15-24.
Data as of March 2011

The global challenge: Goals and targets
The Millennium Development Goals are an ambitious agenda for reducing poverty and improving lives that world leaders agreed on at the Millennium Summit in September 2000. For each goal one or more targets have been set, most for 2015, using 1990 as a benchmark:

  • Target 1.A: Halve, between 1990 and 2015, the proportion of people whose income is less than one dollar a day
  • Target 1.B: Achieve full and productive employment and decent work for all, including women and young people
  • Target 1.C: Halve, between 1990 and 2015, the proportion of people who suffer from hunger
  • Target 2.A: Ensure that, by 2015, children everywhere, boys and girls alike, will be able to complete a full course of primary schooling

  • Target 3.A: Eliminate gender disparity in primary and secondary education, preferably by 2005, and in all levels of education no later than 2015

  • Target 4.A: Reduce by two-thirds, between 1990 and 2015, the under-five mortality rate

  • Target 5.A: Reduce by three quarters, between 1990 and 2015, the maternal mortality ratio
  • Target 5.B: Achieve, by 2015, universal access to reproductive health
  • Target 6.A: Have halted by 2015 and begun to reverse the spread of HIV/AIDS
  • Target 6.B: Achieve, by 2010, universal access to treatment for HIV/AIDS for all those who need it
  • Target 6.C: Have halted by 2015 and begun to reverse the incidence of malaria and other major diseases
  • Target 7.A: Integrate the principles of sustainable development into country policies and programmes and reverse the loss of environmental resources
  • Target 7.B: Reduce biodiversity loss, achieving,  by 2010, a significant reduction in the rate of loss
  • Target 7.C: Halve, by 2015, the proportion of people without sustainable access to safe drinking water and basic sanitation
  • Target 7.D: By 2020, to have achieved a significant improvement in the lives of at least 100 million slum dwellers
  • Target 8.A: Develop further an open, rule-based, predictable, non-discriminatory trading and financial system
    Includes a commitment to good governance, development and poverty reduction – both nationally and internationally
  • Target 8.B: Address the special needs of the least developed countries
    Includes: tariff and quota free access for the least developed countries' exports; enhanced programme of debt relief for heavily indebted poor countries (HIPC) and cancellation of official bilateral debt; and more generous ODA for countries committed to poverty reduction
  • Target 8.C: Address the special needs of landlocked developing countries and small island developing States (through the Programme of Action for the Sustainable Development of Small Island Developing States and the outcome of the twenty-second special session of the General Assembly)
  • Target 8.D: Deal comprehensively with the debt problems of developing countries through national and international measures in order to make debt sustainable in the long term
  • Target 8.E: In cooperation with pharmaceutical companies, provide access to affordable essential drugs in developing countries
  • Target 8.F: In cooperation with the private sector, make available the benefits of new technologies, especially information and communications

Rabu, 02 Mei 2012


SURVEI KONSUMSI MAKANAN

Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang di­gunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Pada awal tahun empat puluhan survei konsumsi, terutama metode Recall 24 Jam banyak digunakan dalam penelitian kesehatan dan gizi. Di Amerika serikat survei konsumsi makanan digunakan sebagai salah satu cara dalam penetuan status gizi (Willet, 1990). Di Indonesia, survei konsumsi sudah sering digunakan dalam penelitian di bidang gizi.
Banyak pengalaman membuktikan bahwa dalam melakukan penilaian konsumsi makanan (survei dietetik) banyak terjadi bias tentang hasil yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: ketidaksesuaian dalam menggunakan alat ukur, waktu pengumpulan data yang tidak tepat, instrumen tidak sesuai dengan tujuan, ketelitian alat timbang makanan, kemampuan petugas pengumpulan data, daya ingat responden, daftar komposisi makanan yang digunakan tidak sesuai dengan makanan yang dikonsumsi responden dan interpretasi hasil yang kurang tepat.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang baik tentang cara-cara melakukan survei konsumsi makanan, baik untuk individu, kelompok maupun rumah tangga. Walaupun data konsumsi makanan sering digunakan sebagai salah satu metode pe­nentuan status gizi, sebenarnya survei konsumsi tidak dapat menentukan status gizi seseorang atau masyarakat secara langsung. Hasil survei hanya dapat digunakan sebagai bukti awal akan kemungkinan terjadinya kekurangan gizi pada seseorang. Status gizi adalah merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut. Kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan oleh banyak faktor, antara lain: tingkat metabolisme basal, tingkat pertumbuhan, aktivitas fisik, dan faktor yang bersifat relatif yaitu: gangguan pencernaan (ingestion), perbedaan daya serap (absorption), tingkat penggunaan (utilization),dan perbedaan pengeluaran dan penghancuran (ex­cretion and destruction) dari zat gizi tersebut dalam tubuh.

TUJUAN SURVEI KONSUMSI MAKANAN
Tujuan Umum
Secara umum survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh ter­hadap konsumsi makanan tersebut.


Tujuan Khusus
Secara lebih khusus, survei konsumsi digunakan untuk berbagai macam tujuan antara lain:
1.     Menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok masyarakat..
2.    Menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individu.
3.    Menentukan pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan pangan.
4.    Sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizi.
5.    Sebagai sarana pendidikan gizi masyarakat, khususnya golongan yang berisiko tinggi mengalami kekurangan gizi.
6.    Menentukan perundang-undangan yang berkenaan dengan makanan, kesehatan dan gizi masyarakat.

METODE PENGUKURAN KONSUMSI MAKANAN BERDASARKAN JENIS DATA YANG DIPEROLEH

Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran konsumsi makanan meng­hasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu bersifat kualitatif dan kuantatif.
Metode kualitatif
Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, fre­kuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan(food habits) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut.
Metode-metode pengukuran konsumsi makanan bersifat kualitatif antara lain:
1.     a. Metode frekuensi makanan (food frequency)
2.    b. Metode dietary history
3.    Metode telepon
4.    d. Metode pendaftaran makanan (food list)
Metode Kuantitatif
Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah-Masak (DKMM) dan Daftar PenyeraPan Minyak.
Metode-metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain: 
1.     Metode recall 24 jamPerkiraan makanan (estimated food records)
2.    Penimbangan makanan (food weighing)
3.    Metode food account
4.    Metode inventaris (inventory method)
5.    Pencatatan (household food records)

Metode Kualitatif dan Kuantitatif
Beberapa metode pengukuran bahkan dapat menghasilkan data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Metode tersebut antara lain:
1.     Metode recall 24 jam
2.    Metode riwayat makan (dietary history)

METODE PENGUKURAN KONSUMSI MAKANAN BERDASARKAN SASARAN PENGAMATAN ATAU PENGGUNA

Tingkat Nasional

Untuk menghitung tingkat konsumsi masyarakat dan perkiraan kecukupan persediaan makanan secara nasional pada suatu wilayah atau negara dilakukan dengan cara Food Balance Sheet (FBS).
Langkah-langkah perhitungan FBS:
Menghitung kapasitas produksi makanan dalam satu tahun (berasal dari persedia­an/cadangan, produksi dan impor bahan makanan dari negara atau wilayah lain). Dikurangi dengan pengeluaran untuk bibit, ekspor, kerusakan pascapanen dan transportasi, diberikan untuk makanan ternak dan untuk cadangan.
§  Jumlah makanan yang ada tersebut dibagi dengan jumlah penduduk.
§  Diketahui ketersediaan makanan per kapita per tahun secara nasional. Data Food Balance Sheet tidak dapat memberikan informasi tentang distribusi dari makanan yang tersedia tersebut untuk berbagai daerah, apalagi gambaran distribusi di tingkat rumah tangga atau perorangan. Selain itu juga tidak menggambarkan per­kiraan konsumsi pangan masyarakat berdasarkan status ekonomi, keadaan ekologi, keadaan musim dan sebagainya. Oleh karena itu FBS tidak boleh dipakai untuk menentukan status gizi masyarakat suatu negara atau wilayah.
Berdasarkan kegunaannya, data FBS dapat dipakai untuk:
§  Menentukan kebijaksanaan di bidang petanian seperti produksi bahan makanan dan distribusi.
§  Memperkirakan pola konsumsi masyarakat.
§  Mengetahui perubahan pola konsumsi masyarakat.


Tingkat Rumah Tangga
Konsumsi makanan rumah tangga adalah makanan dan minuman yang tersedia untuk dikonsumsi oleh anggota keluarga atau institusi.
Metode pengukuran konsumsi makanan untuk keluarga atau rumah tangga adalah sebagai berikut:
1.     Pencatatan (food account)
2.    Metode pendaftaran (food list)
3.    Metode inventaris (inventory method)
4.    Pencatatan makanan rumah tangga (household food record)

1. Metode Pencatatan (Food Account)
Metode pencatatan dilakukan dengan cara keluarga mencatat setiap hari semua makanan yang dibeli, diterima dari orang lain ataupun dari hasil produksi sendiri. Jumlah makanan dicatat dalam URT, termasuk harga eceran bahan makanan tersebut. Cara ini tidak memperhitungkan makanan cadangan yang ada di rumah tangga dan juga tidak memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi di luar rumah dan rusak, terbuang/tersisa atau diberikan pada binatang piaraan. Lamanya pencatatan umumnya tujuh, hari (Gibson, 1990). Pencatatan dilakukan pada formulir tertentu yang telah dipersiapkan.
Langkah-langkah pencatatan (food account)
Keluarga mencatat seluruh makanan yang masuk ke rumah yang berasal dari berbagai sumber tiap hari dalam URT (ukuran rumah tangga) atau satuan ukuran volume atau berat.
§  Jumlahkan masing-masing jenis bahan makanan tersebut dan konversikan kedalam ukuran berat setiap hari.
§  Hitung rata-rata perkiraan penggunaan bahan makanan setiap hari.
Kelebihan metode pencatatan (food account):
§  Cepat dan relatif murah.
§  Dapat diketahui tingkat ketersediaan bahan makanan keluarga pada periode tertentu
§  Dapat diketahui daya beli keluarga terhadap bahan makanan
§  Dapat menjangkau responden lebih banyak.
Kekurangan metode pencatatan (food account):
§  Kurang teliti, sehingga tidak dapat menggambarkan tingkat konsumsi rumah tangga.
§  Sangat tergantung pada kejujuran responden untuk melaporkan/mencatat ma­kanan dalam keluarga.

2. Metode Pendaftaran Makanan (Food List Method)
Metode pendaftaran ini dilakukan dengan menanyakan dan mencatat seluruh bahan makanan yang digunakan keluarga selama periode survei dilakukan (biasanya 1-7 hart). Pencatatan dilakukan berdasarkan jumlah bahan makanan yang dibeli, harga dan nilai pembeliannya, termasuk makanan yang dimakan anggota keluarga diluar rumah. Jadi data yang diperoleh merupakan taksiran/perkiraan dart responden. Metode ini tidak memperhitungkan bahan makanan yang terbuang, rusak atau diberikan pada binatang piaraan.
Jumlah bahan makanan diperkirakan dengan ukuran berat atau URT. Selain itu dapat dipergunakan alat bantu seperti food model atau contoh lainnya (gambar­gambar, contoh bahan makanan aslinya dan sebagainya) untuk membantu daya ingat responden.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara yang dibantu dengan for­mulir yang telah disiapkan, yaitu kuesioner terstruktur yang memuat daftar bahan makanan utama yang digunakan keluarga. Karena data yang diperoleh merupakan taksiran atau perkiraan maka data yang diperoleh kurang teliti.
Langkah-langkah metode pendaftaran makanan:
1.     Catat semua jenis bahan makanan atau makanan yang masuk ke rumah tangga
2.    dalam URT berdasarkan jawaban dart responden selama periode survei.
3.    Catat jumlah makanan yang dikonsumsi masing-masing anggota keluarga baik
4.    dirumah maupun diluar rumah,
5.    Jumlahkan semua bahan makanan yang diperoleh.
6.    Catat umur dan jenis kelamin anggota keluarga yang ikut makan.
7.    Hitung rata-rata perkiraan konsumsi bahan makanan sehari untuk keluarga.
8.    Bila ingin mengetahui perkiraan konsumsi per kapita, dibagi dengan jumlah anggota keluarga.
Kelebihan metode pendaftaran:
§  Relatif murah, karena hanya membutuhkan waktu yang singkat.
Kekurangan metode pendaftaran:
§  Hasil yang diperoleh kurang teliti karena berdasarkan estimasi atau perkiraan.
§  Sangat subyektif, tergantung kejujuran dari responden.
§  Sangat bergantung pada daya ingat responden.


3. Metode Inventaris (Inventory Method)
Metode inventaris ini juga sering disebut log book method. Prinsipnya dengan caranya menghitung/mengukur semua persediaan makanan di rumah tangga (berat dan jenisnya) mulai dari awal sampai akhir survei. Semua makanan yang diterima, dibeli dan dari produksi sendiri dicatat dan dihitung/ditimbang setiap hari selama periode pengumpulan data (biasanya sekitar satu minggu). Semua makanan yang terbuang, tersisa dan busuk selama penyimpanan dan diberikan pada orang lain atau binatang peliharaan juga diperhitungkan. Pencatatan dapat dilakukan oleh petugas atau responden yang sudah mampu/telah dilatih dan tidak buta huruf (Gibson, 1990).
Langkah metode inventaris:
§  Catat dan timbang/ukur semua jenis bahan makanan yang ada di rumah pada hari pertama survei.
§  Catat dan ukur semua jenis bahan makanan yang diperoleh (dibeli, dari kebun,
pemberian orang lain dan makan di luar rumah) keluarga selama hari survei.
§  Catat dan ukur semua bahan makanan yang diberikan kepada orang lain, rusak, terbuang dan sebagainya selama hari survei.
§  Catat dan ukur semua jenis bahan makanan yang ada di rumah pada hari terakhir survei.
§  Hitung berat bersih dari tiap-tiap bahan makanan yang digunakan keluarga selama periode survei
§  Catat pula jumlah anggota keluarga dan umur masing-masing yang ikut makan
§  Hitung rata-rata perkiraan konsumsi keluarga atau konsumsi perkapita dengan membagi konsumsi keluarga dengan jumlah anggota keluarga.
Peralatan yang diperlukan dalam metode inventaris antara lain:
§  Kuesioner
§  Peralatan atau alat timbang.
§  Ukuran rumah tangga.
Kelebihan dari metode inventaris:
§  Hasil yang diperoleh lebih akurat, karena memperhitungkan adanya sisa dari makanan, terbuang dan rusak selama survei dilakukan.
Kekurangan metode inventaris:
§  Petugas hams terlatih dalam menggunakan alat ukur dan formulir pencatatan.
§  Tidak cocok untuk responden yang buta huruf, bila pencatatan dilakukan oleh responden.
Memerlukan peralatan sehingga biaya relatif lebih mahal.
§  Memerlukan waktu yang relatif lama

4. pencatatan makanan rumah tangga (Household Food Record)
Pengukuran dengan metode household food record ini dilakukan sedikitnya dalam periode satu minggu oleh responden sendiri. Dilaksanakan dengan menimbang
atau mengukur dengan URT seluruh makanan yang ada di rumah, termasuk cara pengolahannya.
Biasanya tidak memperhitungkan sisa makanan yang terbuang dan dimakan oleh binatang piaraan. Metode ini dianjurkan untuk tempat/daerah, dimana tidak ba­nyak variasi penggunaan bahan makanan dalam keluarga dan masyarakatnya sudah bisa membaca dan menulis.
Langkah-langkah metode household food record:
§  Responden mencatat dan menimbang/mengukur semua makanan yang dibeli dan diterima oleh keluarga selama penelitian (biasanya satu minggu)
§  Mencatat dan menimbang/mengukur semua makanan yang dimakan keluarga, termasuk sisa dan makanan yang dimakan oleh tamu.
§  mencatat makanan yang dimakin anggota keluarga di luar rumah.
§  Hitung rata-rata konsumsi keluarga atau konsumsi perkapita.
Kelebihan metode household food record:
§  Hasil yang diperoleh lebih akurat, bila dilakukan dengan menimbang makanan a Dapat dihitung intake zat gizi keluarga.
Kekurangan metode household food record:
§  Terlalu membebani responden.
§  Memerlukan biaya cukup mahal, karena responden harus dikunjungi lebih sering.
§  Memerlukan waktu yang cukup lama.
§  Tidak cocok until responden yang buta huruf.

5. Metode Telepon
Dewasa ini survei konsumsi dengan metode telepon semakin banyak digunakan terutama untuk daerah perkotaan dimana sarana komunikasi telepon sudah cukup tersedia. Untuk negara berkembang metode ini belum banyak dipergunakan karena membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk jasa telepon.
Langkah-langkah metode telepon:
§  Petugas melakukan wawancara terhadap responden melalui telpon tentang per­sediaan makanan yang dikonsumsi keluarga selama periode survei
§  Hitung persediaan makanan keluarga berdasarkan hasil wawancara melalui telepon tersebut
Tentukan pola konsumsi keluarga.
Kelebihan metode telepon :
§  Relatif cepat, karena tidak harus mengunjungi responden
§  Dapat mencakup responden lebih banyak
Kekurangan metode telepon:
§  Biaya relatif mahal untuk rekening telpon
§  Sulit dilakukan untuk daerah yang belum mempunyai jaringan telpon
§  Dapat menyebabkan terjadinya kesalahan interpretasi dari hasil informasi yang diberikan responden
§  Sangat tergantung pada kejujuran dan motivasi serta kemampuan responden untuk menyampaikan makanan keluarganya.

Tingkat Individu atau Perorangan
Metode pengukuran konsumsimakanan untuk individu, antara lain:
1.     Metode recall 24 jam.
2.    Metode dietary history
3.    Metode frekuensi makanan (food frequency)
4.    Metode estimated food records
5.    Metode penimbangan makanan (food weighing)

1. Metode Food Recall 24 Jam
Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang la1u.
Dalam metode ini, responden, ibu atau pengasuh (bila anak masih kecil) disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam penuh. Misalnya, petugas datang pada pukul 07.00 ke rumah responden, maka konsumsi yang ditanyakan adalah mulai pukul 07.00 (saat itu) dan mundur ke belakang sampai pukul 07.00, pagi hari sebelum­nya. Wawancara dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari.
Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1×24 jam), maka data yang di­peroleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makanan individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilalakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake.harian individu (Sanjur, 1997).
Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam:
Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT)
selama kurun waktu 24 jam yang lalu. Dalam membantu responden mengingat apa yang dimakan, perlu diberi penjelasan waktu kegiatannya seperti waktu baru bangun, setelah sembahyang, pulang dari sekolah/bekerja, sesudah tidur siang dan sebagainya. Selain dari makanan utama, makanan kecil atau jajan juga dicatat. Termasuk makanan yang dimakan di luar rumah seperti di res­toran, di kantor, di rumah teman atau saudara. Untuk masyarakat perkotaan komsumsi tablet yang mengandung vitamin dan mineral juga dicatat serta adanya pemberian tablet besi atau kapsul vitamin A.
Petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram). Dalam menaksir/memperkirakan ke dalam ukuran berat (gram) pewawancara menggunakan berbagai alat bantu seperti contoh ukuran rumah tangga (piring, gelas, sendok, dan lain-lain) atau model dari makanan (food model). Makanan yang dikonsumsi dapat dihitung dengan alat bantu ini atau dengan menimbang langsung contoh makanan yang akan dimakan berikut informasi tentang komposisi makanan jadi.
§  Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
§  Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.
Agar wawancara berlangsung secara sistematis, perlu disiapkan kuesioner sebelumnya sehingga wawancara terarah menurut urut-urutan waktu dan pe­ngelompokan bahan makanan. Urutan waktu makan sehari dapat disusun berupa makan pagi, siang, malam dan snack serta makanan jajanan.
Pengelompokan bahan makanan dapat berupa makanan pokok, sumber pro­tein nabati, sumber protein hewani, sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Contoh kuesioner recall 24 jam dapat dilihat pada Lampiran .
Metode recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut:
Kelebihan metode recall 24 jam:
§  Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden.
§  Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara.
§  Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.
§  Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.
§  Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.
Kekurangan metode recall 24 jam:
§  Tidak dapat menggambarkan asupan makanan setiari hari, bila hanya dilakukan recall satu hari.
§  Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden. Oleh karena itu responden hams mempunyai daya ingat yang baik, sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun, orang tua berusia di atas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau orang yang pelupa.
§  The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate).
§  Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam meng­gunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat. Pewawancara harus dilatih untuk dapat secara tepat menanyakan apa-apa yang dimakan oleh responden, dan mengenal cara-cara pengolahan makanan serta pola pangan daerah yang akan diteliti secara umum.
§  Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian. Untuk mendapat gambaran konsumsi makanan sehari-hari recall jangan di­lakukan pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada saat melakukan upacara-upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain.
Karena keberhasilan metode recall 24 jam ini sangat ditentukan oleh daya ingat responden dan kesungguhan serta kesabaran dari pewawancara, maka untuk dapat meningkatkan mutu data recall 24 jam dilakukan selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak berturut-turut), tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari.
2. Estimated Food Records
Metode ini disebut juga food records atau diary records, yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang is makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut.
Langkah-langkah pelaksanaan food record:
§  Responden mencatat makanan yang dikonsumsi dalam URT atau gram (nama masakan, cara persiapan dan pemasakan bahan makanan).
§  Petugas memperkirakan/estimasi URT ke dalam ukuran berat (gram) untuk bahan makanan yang dikonsumsi tadi.
§  Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan DKBM.
§  Membandingkan dengan AKG.
Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati sebenarnya (true intake) tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh individu. Kelebihan metode estimated food records:
§  Metode ini relatif murah dan cepat.
§  Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar.
§  Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari.
§  Hasilnya relatif lebih alcurat
Kekurangan metode estimated food records:
§  Metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan res­ponden merubah kebiasaan makanannya.
§  Tidak cocok untuk responden yang buta huruf.
Sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi.
3. penimbangan Makanan (Food Weighing)
Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari.
Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia. Contoh kuesioner penimbangan makanan dapat dilihat pada Lampiran .
Langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan:
§  Petugas/responden menimbang dan mencatat bahan makanan/makanan yang dikonsumsi dalam gram.
§  Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sehari, kemudian dianalisis dengan menggunakan DKBM atau DKGJ (Daftar Komposisi Gizi Jajanan).
§  Membandingkan hasilnya dengan Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG). Perlu diperhatikan disini adalah, bila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya ma­kanan yang dikonsumsi.
Kelebihan metode penimbangan:
§  Data yang diperoleh lebih akurat/teliti.
Kekurangan metode penimbangan:
§  Memerlukan waktu dan cukup mahal karena perlu peralatan.
§  Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka responden dapat merubah kebiasaan makan mereka.
§  Tenaga pengumpul data harus terlatih dan trampil.
§  Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden.
4. Metode Riwayat Makan (Dietary History Method)
Metode ini bersifat kualitatif ‘carena memberikan gambaran pola konsumsi berda­sarkan pengamatan dalam w aktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun). Burke (1947) menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga komponen, yaitu:
§  Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang me­ngumgulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24 jam terakhir.
§  Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah disiapkan, untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jmn tadi.
§  Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek Wang.
Contoh kuesioner metode dietary history dapat di lihat pada lampiran 9
Langkah-langkah metode riwayat makan:
§  Petugas menanyakan kepada responden tentang pola kebiasaan makannya. Variasi makan pada hari-hari khusus seperti hari libur, dalam keadaan sakit dan sebagainya juga dicatat. Termasuk jenis makanan, frekuensi penggunaan, ukuran porsi dalam URT serta cara memasaknya (direbus, digoreng, dipang­gang dan sebagainya).
§  Lakukan pengecekan terhadap data yang diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan untuk kebenaran data tersebut.
Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengumpulan data adalah keadaan musim-musim tertentu dan hari-hari istimewa seperti hari pasar, awal bulan, hari raya dan sebagainya. Gambaran konsumsi pada hari-hari tersebut hams dikumpul­kan.
Kelebihan metode riwayat makan:
§  Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang panjang secara kualitatif dan kuantitatif.
§  Biaya relatif murah.
§  Dapat digunakan di klinik gizi untuk membantu mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan dengan diet pasien.
Kekurangan Metode Riwayat Makan:
§  Terlalu membebani pihak pengumpul data dan responden.
§  Sangat sensitif dan membutuhkan pengumpul data yang sangat terlatih.
§  Tidak cocok dipakai untuk survei-survei besar.
Data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif.
Biasanya hanya difokuskan pada makanan khusus, sedangkan variasi makanan sehari-hari tidak diketahui.

5. Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun.
Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan ranking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam penelitian epidemiologi gizi.
Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang di­konsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden.
Langkah-langkah Metode frekuensi makanan:
Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya  dan ukuran porsinya.
Langkah-langkah Metode frekuensi makanan, Supariasa (2001):
1.  Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran porsinya.
2. Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu pula.
Kelebihan Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency). Menurut Supariasa (2001), Metode Frekuensi Makanan mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
1.      Relatif murah dan sederhana
2.     Dapat dilakukan sendiri oleh responden
3.     Tidak membutuhkan latihan khusus
4.     Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan makan
Kekurangan Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency). Menurut Supariasa (2001), Metode Frekuensi Makanan juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain:
1.      Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari
2.      Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data
3.      Cukup menjemukan bagi pewawancara
4.      Perlu percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner.
5.      Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi.