Total Tayangan Halaman

Senin, 11 Juni 2012

ALIH TUGAS PENGURUS PERSAGI SUMBAR 2012-2017
by Fauzi Arasj (Juni 12, 2012)


Pelaksanaan alih tugas pengurus PERSAGI Sumatera Barat, dari pengurus lama periode 2007-2012  ke pengurus baru periode 2012-2017 sudah terlaksana dengan baik melalui MUSDAPERSAGI Sumbar tanggal 9 juni 2012, yaitu dari sdr Edmon SKM, MKes ke Ir Zulferi Des Otman MPd Datuak Balang, yang disaksikan serta di lantik langsung oleh Pengurus DPP Persagi Pusat DR Atmarita saat itu juga. Acara ini di kemas sedemikian rupa berbarengan dengan pelaksanaan seminar nasional berjudul REMAJA SADAR GIZI, MENUJU SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS dengan mendatangkan pembicara dari Balitbangkes Depkes yaitu DR Abas Basuni Jahari, DR Atmarita, DrPH dan Iswanelly Mourbas SKM, MKes, yang dihadiri oleh lebih dari 300 orang anggota persagi sumbar dari 19 Kabupaten Kota yang ada di Sumbar. Anggota PERSAGI berharap agar, kedepan pengurus baru dapat membawa PERSAGI dan ANGGOTA nya menuju ke titik pencerahan yang lebih baik lagi dengan berbagai program, mengingat tantangan masalah gizi kedepan bukan masalah yang main main. Semoga.

INTERAKSI ANTARA MAKANAN DAN OBAT
By Fauzi ‘Arasj (Disari dari berbagai blog, Juni 12, 2012). 

Gambaran fisiologis interaksi antara makanan dan obat adalah apabila efek suatu obat dipegaruhi oleh berbagai cara karena kehadiran senyawa lain (obat, makanan atau senyawa yang terdapat pada lingkungan). Tiap saat ketika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu obat, perubahan tersebut dianggap sebagai interaksi obat-makanan. Interaksi seperti itu bisa terjadi, tetapi tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan, dan beberapa obat hanya dipengaruhi oleh makanan-makanan tertentu. Interaksi obat-makanan dapat terjadi dengan obat-obat yang diresepkan, obat yang dibeli bebas, produk herbal, dan suplemen diet. Meskipun beberapa interaksi mungkin berbahaya atau bahkan fatal pada kasus yang langka, interaksi yang lain bisa bermanfaat dan umumnya tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti terhadap kesehatan.

Angka Kejadian Interaksi Obat
Interaksi obat yang merugikan merupakan penyebab dari 4,2 – 6 % dari jumlah total pasien yang dirawat di rumah sakit (USA). Berbagai laporan mengenai kejadian interaksi obat sangat bervariasi, diperkirakan sangat tinggi, yaitu sekitar 50% dari pengobatan terjadi interaksi obat.
Angka di indonesia…?? Resiko akan mengalami interaksi obat yang merugikan akan meningkat sejalan dengan semakin banyak obat yang diberikan, seperti pada pasien yang sedang mengalami terapi HIV. Disamping itu pada pasien ini juga telah banyak mengalami perubahan kondisi fisiologi.

Potensi Kejadian Interaksi obat
Pasien lanjut usia juga beresiko akan mengalami kejadian interaksi obat yang merugikan yang disebabkan karena perubahan kondisi metabolik dan fungsi ginjal dan polifarmasi. Dengan semikian kunci utama bagi para klinisi adalah apakah interaksi obat yang terjadi berpotensi akan menimbulkan efek klinik yang signifikan atau tidak

Makna klinik Interaksi Obat
Interaksi obat akan ditegakkan apabila mampu memberikan efek klinik yang berarti dan ketika interaksi obat tersebut berpotensi menimbulkan efek toksik atau mengurangi efek terapi obat. Walaupun demikian, kejadian interaksi obat juga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan efek klinik yang menguntungkan. Sebagai contoh, interaksi Ritonavir (ART/protease inhibitor) dengan senyawa lain yang mampu menghambat metabolismenya, mengakibatkan ritonavir hanya diberikan dalam dosis rendah pada pasien HIV dengan tujuan untuk meningkatkan konsentrasi dalam plasma obat ini. Sedangkan manfaat lain dari “ritonavir-boosting” ini termasuk mengurangi penggunaan obat “penurun kadar lemak” mengurangi pembatasan makanan pada pasien dan meningkatkan respon dari aktifitas antivirus dalam terapi yang dialami pasien

Klasifikasi Interaksi Obat
1.       Minor drugs interaction. Umumnya tidak terlalu berpengaruh pada efek klinik dan tidak membutuhkan perubahan regiment terapi.(ex : Furocemid and hydralazine).
2.      Moderate drugs interaction. Jika terjadi interaksi, membutuhkan penyesuaian dosis dan monitoring ketat. (ex : Rifampin and isoniazid).
3.      Severe drugs interaction. Interaksi ini harus dihindari sedapat mungkin, karena berpotensi menimbulkan toksisitas yang berbahaya. (ex : ketoconazole causes marked increases in cisapride exposure).

Interaksi Obat dan makanan
Interaksi obat dan makanan terjadi bila makanan yang dimakan mempengaruhi bahan dalam obat yang diminum sehingga obat tidak bisa bekerja sebagaimana mestinya.  Interaksi ini dapat menyebabkan efek yang berbeda-beda, dari mulai peningkatan atau penurunan efektivitas obat sampai efek samping. Makanan juga dapat menunda, mengurangi atau meningkatkan penyerapan obat. Itulah sebabnya mengapa beberapa obat harus diminum pada waktu perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan) dan beberapa obat lain sebaiknya diambil bersamaan dengan makanan
Interaksi antara obat & makanan dapat terjadi ketika makanan yang dimakan mempengaruhi obat yang sedang digunakan, sehingga mempengaruhi efek obat tersebut. Interaksi antara obat & makanan dapat terjadi baik untuk obat resep dokter maupun obat yang dibeli bebas, seperti obat antasida, vitamin dll
Kadang-kadang apabila minum obat berbarengan dengan makanan, maka dapat mempengaruhi efektifitas obat dibandingkan apabila diminum dalam keadaan perut kosong.  Selain itu konsumsi secara bersamaan antara vitamin atau suplemen herbal dengan obat juga dapat menyebabkan terjadinya efek samping.
Pada pemberian obat-obat tertentu bersamaan dengan makanan dapat terjadi interaksi yang berakibat, makanan dapat mengubah aktivitas obat yang mengakibatkan respons terhadap obat berkurang atau sebaliknya respons terhadap justru meningkat, sebaliknya obat dapat pula memberikan efek negatif terhadap makanan, misalnya berkurangnya nutrisi makanan tertentu.

Efek Makanan Terhadap Absorpsi Obat
Pada interaksi obat – makanan yang paling sering terjadi ialah terganggunya absorpsi obat dari saluran cerna. Alasan utama mengapa terjadi interaksi obat – makanan ialah karena sebagian besar obat diberikan secara oral.
Sebagaimana halnya pada interaksi absorpsi obat – obat, interaksi obat – makanan dapat mengakibatkan kecepatan absorpsi obat terganggu, atau mungkin juga jumlah seluruh obat yang diabsorpsi berkurang, dengan perkataan lain bioavailabilitas obat berkurang. Kelompok-kelompok obat yang absorpsinya terhambat karena makanan antara lain kebanyakan preparat Penicillin, Tetracyclin, Digoxin, Acetaminophen, Levodopa, Aspirin.  Dengan demikian waktu yang sebaiknya bagi penderita untuk meminum obat-obat tersebut ialah satu jam sebelum atau dua jam sesudah makan. Obat-obat tertentu absorpsinya justru meningkat kalau diberikan bersamaan dengan makanan, misalnya Spironolacton, Griseofulvin kalau dimakan bersamaan dengan makanan tertentu (berlemak).

Contoh reaksi yang dapat timbul apabila terjadi interaksi antara obat & makanan
Makanan dapat mempercepat atau memperlambat efek dari obat. Beberapa obat tertentu dapat menyebabkan vitamin & mineral tidak bekerja secara tepat di tubuh.  Menyebabkan hilangnya atau bertambahnya nafsu makan. Obat dapat mempengaruhi nutrisi tubuh. Obat herbal dapat berinteraksi dengan obat modern.
Selain itu, besar kecilnya efek interaksi antara obat & makanan antara tiap orang dapat berbeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu seperti: Besarnya dosis obat yang diminum. Usia, kondisi tubuh & kondisi kesehatan pasien. Waktu konsumsi makanan & waktu konsumsi obat.
Untuk menghindari terjadinya interaksi antara obat & makanan, bukan berarti menghindari untuk mengkonsumsi obat atau makanan tersebut. Yang sebaiknya dilakukan adalah pengaturan waktu antara obat & makanan untuk dikonsumsi dalam waktu yang berbeda. Dengan mempunyai informasi yang cukup mengenai obat yang digunakan serta kapan waktu yang tepat untuk mengkonsumsinya, maka kita dapat menghindari terjadinya interaksi antara obat & makanan.

Efek Interaksi Obat dan makanan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, beberapa makanan dapat berinteraksi dengan obat tertentu seperti misalnya berikatan dengan zat aktif obat sehingga mengurangi penyerapan obat atau mempercepat eliminasi obat. Karena biasanya orang dewasa mengkonsumsi lebih banyak obat dibandingkan anak-anak, maka efek interaksi antara obat & makanan dapat meningkat seiring dengan usia. Akan tetapi biasanya efek samping tersebut kurang diketahui atau diperhatikan karena reaksi yang terjadi hampir menyerupai gejala atau tanda dari penyakit tertentu, seperti diare atau konstipasi, rasa lelah dll

Interaksi Farmakologik
Selain berpengaruh terhadap obat, makanan dapat juga berinteraksi (invivo) dengan obat tertentu. Dari segi klinik yang penting antara lain adalah yang terjadi pada MAO-inhibitor
MAO- Inhibitor (Monoamine Oxydase Inhibitor)
Unsur monoamine oxydase dapat membiotrasnferasi Tyramin yang ada dalam makanan sebelum mencapai sirkulasi sistemik. Bila seorang penderita diberi terapi dengan salah satu dengan obat MAO-I, maka ada kemungkinan Tyramin yang didapat dalam makanan, tiba-tiba dalam jumlah yang besar masuk dalam peredaran sistemik dan ini dapat mengakibatkan pressor yang besar sekali, sehingga dapat terjadi hipertensi yang akut atau krisis hipertensi

Jenis Obat dan Makanan yang dapat berinteraksi
Salah satu contoh interaksi antara obat & makanan yang dapat terjadi adalah keasaman dari jus buah dapat menurunkan efektifitas antibiotika seperti penisilin, kemudian susu dapat membentuk kelat apabila diminum dengan tetrasiklin sehingga mempengaruhi efektifitas antibakteri tetrasiklin

Berikut adalah contoh aturan minum beberapa jenis obat
Harus diminum dalam keadaan perut kosong  antara lain Ampicillin, Bisacodyl, Captopril, Dicloxacillin, Lansoprazole, Omeprazole, Rifampicin, Sulfamethoxazole –trimethoprim, Sulfadiazine, Tetracycline.
Diminum dalam keadaan perut penuh, antara lain adalah Allopurinol (diminum sesudah makan), Augmentin, Aspirin, Chloroquine, Cimetidine, Diclofenac, Doxycycline, Griseofulvin, Metronidazole, Piroxicam, Prednisone
Beberapa jenis obat yang dapat berinteraksi apabila diminum dengan dengan jus buah terutama buah anggur, seperti : Alprazolam, Atorvastatin , Benzodiazepines, Carbamazepine, Clarithromycin, Codeine, Dextromethorphan, Diazepam, Diltiazem, Estrogen, Erythromycin, Lovastatin, Nifedipine, Progesterone dan Simvastatin

Menghindari Interaksi
Meskipun tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan atau dapat berinteraksi dengan makanan, akan tetapi lebih baik untuk memperhatikan aturan minum dari setiap obat yang di konsumsi. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya interaksi antara obat & makanan, sebaiknya :
1.       Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan dengan dokter yang meresepkan atau apoteker.
2.      Baca aturan pakai, label perhatian & peringatan interaksi obat yang tercantum dalam label atau wadah obat. Bahkan obat yang dijual bebas juga perlu aturan pakai yang disarankan.
3.      Sebaiknya minum obat dengan segelas air putih.
4.      Jangan campur obat dengan makanan atau membuka kapsul kecuali atas petunjuk dokter.
5.      Vitamin atau suplemen kesehatan sebaiknya jangan diminum berbarengan dengan obat karena terdapat beberapa jenis vitamin & mineral tertentu yang dapat berinteraksi dengan obat.
6.      Jangan pernah minum obat berbarengan dengan minuman yang mengandung alkohol
7.      Sebelum mengkonsumsi obat, sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter atau apoteker untuk mengetahui aturan pakai yang tepat.  
8.     Dan juga saat konsultasi dengan dokter, beritahukan semua obat atau vitamin yang sedang di konsumsi saat ini untuk mencegah terjadinya interaksi

Beberapa contoh interaksi obat dan makanan
Tidak semua obat berinteraksi dengan makanan. Namun, banyak obat-obatan yang dipengaruhi oleh makanan tertentu dan waktu  memakannya

1.      Jus Jeruk.

Jus jeruk menghambat enzim yang terlibat dalam metabolisme obat sehingga mengintensifkan pengaruh obat-obatan tertentu. Peningkatan pengaruh obat mungkin kelihatannya baik, padahal tidak. Jika obat diserap lebih dari yang diharapkan, obat tersebut akan memiliki efek berlebihan. Misalnya, obat untuk membantu mengurangi tekanan darah bisa menurunkan tekanan darah terlalu jauh. Konsumsi jus jeruk pada saat yang sama dengan obat penurun kolesterol juga meningkatkan penyerapan bahan aktifnya dan menyebabkan kerusakan otot yang parah. Jeruk yang dimakan secara bersamaan dengan obat anti-inflamasi atau aspirin juga dapat memicu rasa panas dan asam di perut.

2. Makanan mengandung Kalsium

Kalsium atau makanan yang mengandung kalsium, seperti susu dan produk susu lainnya dapat mengurangi penyerapan tetrasiklin
3.     Makanan Kaya Vitamin
Makanan yang kaya vitamin K (kubis, brokoli, bayam, alpukat, selada) harus dibatasi konsumsinya jika sedang mendapatkan terapi antikoagulan (misalnya warfarin), untuk mengencerkan darah. Sayuran itu mengurangi efektivitas pengobatan dan meningkatkan risiko  trombosis (pembekuan darah).
4.     Anggur
Minuman jus anggur diketahui dapat menyebabkan masalah dengan menghambat enzim yang bekerja dalam metabolisme obat dan menguatkan efek obat-obatan tertentu, termasuk diantaranya estrogen (yang ada di dalam pil penjarang kehamilan), calcium channel blockers (obat tekanan tinggi) dan obat penenang benzodiazepine tertentu.darah
5.     Digoxin
Penderita penyakit jantung yang sedang meminum obat digoxin, sebaiknya   menghindari  mengkonsumsi havermut-oatmeal.  Kandungan serat tinggi di dalam havermut diketahui dapat menghambat proses absorpsi obat.
6.     Kafein
Kafein meningkatkan risiko overdosis antibiotik tertentu (enoxacin, ciprofloxacin, norfloksasin). Untuk menghindari keluhan palpitasi, tremor, berkeringat atau halusinasi, yang terbaik adalah menghindari minum kopi, teh atau soda pada masa pengobatan
7.     Tyramine
Jangan mencampur jenis makanan yang kaya akan kandungan tyramine seperti yang terdapat pada keju, daging olahan, avokad, pisang, red wine ataupun produk-produk yang mengandung kafein dengan MAO Inhibitor (obat untuk penderita depresi fobia). Pencampuran ini dapat menyebabkan orang menderita sakit kepala yang parah dan kenaikan tekanan darah yang kemungkinan berakibat fatal (Hypertensive Crisis).

Beberapa jenis makanan dapat mencegah obat-obat tertentu untuk diserap ke dalam darah setelah ditelan, dan yang lain sebaliknya dapat meningkatkan penyerapan obat. Contohnya, jika meminum segelas susu ketika menggunakan obat antibiotik tetrasiklin, maka calcium yang ada dalam susu akan mengikat tertrasiklin, membentuk senyawa yang tidak mungkin dapat diserap oleh tubuh ke dalam darah, sehingga efek yang diharapkan dari obat tetrasiklin tidak akan terjadi. Meminum segelas jus citrus bersamaan dengan suplemen yang mengandung zat besi akan sangat bermanfaat karena vitamin C yang ada dalam jus akan meningkatkan penyerapan zat besi
Beberapa makanan benar-benar bisa mengganggu efek yang diinginkan dari obat. Contohnya, orang yang menggunakan obat pengencer darah warfarin seharusnya tidak mengkonsumsi secara bersamaan makanan yang banyak mengandung vitamin K seperti brokoli, atau bayam, maka vitamin K membantu pembekuan darah, sehingga melawan efek dari obat warfarin.  Efek yang sebaliknya terjadi dengan vitamin E, bawang dan bawang putih, karena bahan-bahan ini menghaslkan efek yang mirip dengan efek warfarin. Konsumsi dalam jumlah besar dari makanan ini dapat menyebabkan efek warfarin menjadi terlalu kuat.

Tips
1.       Ikuti petunjuk pemberian obat oleh dokter/apoteker, apakah obat harus diminum saat perut kosong, bersamaan dengan saat makan, atau waktu lainnya.  
2.      Bila membeli obat bebas, bacalah dengan seksama label petunjuk pemakaian obat untuk memeriksa hal ini, terutama pada bagian “interaksi obat”. Baca semua petunjuk, peringatan dan pencegahan interaksi yang tercetak pada label tersebut.
3.      Bila mendapatkan obat resep dari dokter, tanyakan padanya makanan apa yang harus dihindari saat mengkonsumsinya
4.      Baca label obat resep. Jika tidak memahami sesuatu, tanyakan kepada dokter atau apoteker. Minumlah obat dengan segelas air, kecuali dokter menyarankan lain.
5.      Bila kesulitan menelan obat dengan air, tanyakan apakah boleh menggantinya dengan pisang, misalnya. Dokter mungkin dapat memberi alternatif bentuk obat lain seperti sirup atau puyer untuk itu.
6.      Jangan mengaduk obat dengan makanan atau membuka kapsul (kecuali disarankan dokter), karena hal tersebut dapat mengubah cara obat bekerja
7.      Jangan meminum pil vitamin bersamaan dengan meminum obat.  Vitamin dan mineral dapat berinteraksi dengan beberapa obat-obatan.
8.     Jangan mencampur obat ke dalam minuman panas karena panas dapat merusak atau menghambat kerja obat.
9.      Produk herbal tidak dianggap sebagai obat sehingga tidak diuji secara komprehensif. Namun, makanan tersebut mungkin dapat berinteraksi dengan obat tertentu. Bila memakai herbal atau jamu, harus memberitahu dokter dan apoteker untuk menghindari interaksi obat.

Telah banyak penelitian yang menunjukkan terjadinya interaksi antara buah grapefruit (Citrus paradisi/JERUK). Sebuah penelitian yang memulai studi tentang interaksi ini adalah penelitian case report oleh Bonin B, Vandel P, Vandel S, Kantelip JP (2001). Seorang pria 58 tahun, menerima carbamazepine 1000mg perhari untuk penatalaksanaan epilepsi yang dideritanya. Suatu ketika pasien tersebut ditemukan mengalami kenaikan kadar carbamazepine dalam darah sampai dengan 11 mcg/ml, padahal biasanya kadar carbamazepin pasien tersebut tidak lebih dari 5,4 mcg/ml. Pasien tersebut mengatakan selama 1 bulan terakhir ia rutin mengkonsumsi 1 buah grapefruit setiap hari.
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Garg SK, Kumar N,  Bhargava VK, Prabhakar SK (1998), sebuah studi acak dilakukan terhadap 10 orang pengidap epilepsi yang menerima carbamazepine 200mg 3 kali sehari. Ditemukan bahwa pemberian dosis tunggal jus grapefruit 300 ml perhari dapat menaikkan kadar plasma dan AUC carbamazepine sebanyak 40%.
Untuk buah delima (Punica granatum), Hidaka M., et all (2005) menemukan bahwa buah delima memiliki karakteristik interaksi terhadap carbamazepine yang sama dengan dengan grapefruit
Mekanisme interaksi yang dihipotesiskan dalam beberapa penelitian dirangkum dalam Sockley’s (2005) adalah sebagai berikut:
1.       Sitokrom P450 koenzim CYP3A4 merupakan enzim utama yang terlibat dalam metabolisme karbamazepin.
2.      Grapefruit/jeruk dan buah delima menginhibisi sitokrom P450 isoenzim CYP3A4, yang mengakibatkan terhambatnya metabolisme karbamazepin, sehingga jumlah karbamazepin aktif meningkat

Bagaimana mengetahui jika suatu makanan tertentu aman dikonsumsi?
Untungnya, jumlah interaksi makanan dan obat yang memberikan efek berbahaya sedikit sekali. Meskipun begitu, agar aman, harus hati-hati membaca label semua obat yang digunakan untuk mengecek interaksinya. Selalulah bicarakan dengan dokter atau apoteker  tentang makanan ( obat ) yang diketahui berinteraksi. Selain itu, jika obat terlihat tidak menghasilkan efek yang diharapkan, atau jika mengalami efek samping yang tidak diharapkan, evaluasi diet/ makanan tersebut dengan dokter atau apoteker untuk mengetahui kemungkinan adanya interaksi obat – makanan.

Bagaimana jika tidak dibolehkan mengkonsumsi makanan favorit ..?
Jika dokter atau apoteker menyarankan untuk menghindari makanan tertentu saat menggunakan obat, sangat penting untuk menghindari makanan tersebut. Tetapi pilihan lain masih tetap tersedia. Jika sedang ada dalam situasi seperti ini, sampaikan masalah ini pada dokter atau apoteker. Beberapa interaksi makanan dan obat terjadi hanya jika makanan dimakan pada saat yang sama dengan obat, buat skedul yang memungkinkan untuk menggunakan obat sambil terus mengkonsumsi makanan favorit anda

Bagaimana makanan dan obat berinteraksi?
  1. Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda.
  2. Perubahan-perubahan lain dapat disebabkan oleh jumlah protein dalam diet, atau bahkan cara makanan tersebut disiapkan.
  3. Salah satu cara yang paling umum makanan mempengaruhi efek obat adalah dengan mengubah cara obat-obat tersebut diuraikan        ( dimetabolisme ) oleh tubuh.
  4. Jenis protein yang disebut enzim, memetabolisme banyak obat. Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim ini bekerja lebih cepat atau lebih lambat, baik dengan memperpendek atau memperpanjang waktu yang dilalui obat di dalam tubuh. Jika makanan mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan dapat menjadi kurang efektif. Jika makanan memperlambat enzim, obat akan berada lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak dikehendaki