INTERAKSI
ANTARA MAKANAN DAN OBAT
By
Fauzi ‘Arasj (Disari dari
berbagai blog, Juni 12, 2012).
Gambaran
fisiologis interaksi antara makanan dan obat adalah apabila efek suatu obat dipegaruhi oleh berbagai cara karena kehadiran senyawa
lain (obat, makanan atau senyawa yang terdapat pada lingkungan). Tiap
saat ketika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu obat, perubahan
tersebut dianggap sebagai interaksi obat-makanan. Interaksi seperti itu bisa
terjadi, tetapi tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan, dan beberapa obat
hanya dipengaruhi oleh makanan-makanan tertentu. Interaksi obat-makanan dapat
terjadi dengan obat-obat yang diresepkan, obat yang dibeli bebas, produk
herbal, dan suplemen diet. Meskipun beberapa interaksi mungkin berbahaya atau
bahkan fatal pada kasus yang langka, interaksi yang lain bisa bermanfaat dan
umumnya tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti terhadap kesehatan.
Angka Kejadian Interaksi Obat
Interaksi
obat yang merugikan merupakan penyebab dari 4,2 – 6 % dari jumlah total pasien
yang dirawat di rumah sakit (USA). Berbagai laporan mengenai kejadian interaksi
obat sangat bervariasi, diperkirakan sangat tinggi, yaitu sekitar 50% dari
pengobatan terjadi interaksi obat.
Angka
di indonesia…?? Resiko akan mengalami interaksi obat yang merugikan akan
meningkat sejalan dengan semakin banyak obat yang diberikan, seperti pada
pasien yang sedang mengalami terapi HIV. Disamping itu pada pasien ini juga
telah banyak mengalami perubahan kondisi fisiologi.
Potensi Kejadian Interaksi obat
Pasien
lanjut usia juga beresiko akan mengalami kejadian interaksi obat yang merugikan
yang disebabkan karena perubahan kondisi metabolik dan fungsi ginjal dan
polifarmasi. Dengan semikian kunci utama bagi para klinisi adalah apakah
interaksi obat yang terjadi berpotensi akan menimbulkan efek klinik yang
signifikan atau tidak
Makna klinik Interaksi Obat
Interaksi obat akan ditegakkan apabila mampu
memberikan efek klinik yang berarti dan ketika interaksi obat tersebut
berpotensi menimbulkan efek toksik atau mengurangi efek terapi obat. Walaupun
demikian, kejadian interaksi obat juga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
efek klinik yang menguntungkan. Sebagai contoh, interaksi Ritonavir
(ART/protease inhibitor) dengan senyawa lain yang mampu menghambat
metabolismenya, mengakibatkan ritonavir hanya diberikan dalam dosis rendah pada
pasien HIV dengan tujuan untuk meningkatkan konsentrasi dalam plasma obat ini.
Sedangkan manfaat lain dari “ritonavir-boosting” ini termasuk mengurangi
penggunaan obat “penurun kadar lemak” mengurangi pembatasan makanan pada pasien
dan meningkatkan respon dari aktifitas antivirus dalam terapi yang dialami
pasien
Klasifikasi Interaksi Obat
1.
Minor
drugs interaction. Umumnya tidak
terlalu berpengaruh pada efek klinik dan tidak membutuhkan perubahan regiment
terapi.(ex : Furocemid and hydralazine).
2.
Moderate
drugs interaction. Jika terjadi
interaksi, membutuhkan penyesuaian dosis dan monitoring ketat. (ex : Rifampin
and isoniazid).
3.
Severe
drugs interaction. Interaksi ini
harus dihindari sedapat mungkin, karena berpotensi menimbulkan toksisitas yang
berbahaya. (ex : ketoconazole causes marked increases in cisapride exposure).
Interaksi Obat dan makanan
Interaksi obat dan makanan terjadi bila makanan yang
dimakan mempengaruhi bahan dalam obat yang diminum sehingga obat tidak
bisa bekerja sebagaimana mestinya. Interaksi
ini dapat menyebabkan efek yang berbeda-beda, dari mulai peningkatan atau
penurunan efektivitas obat sampai efek samping. Makanan juga dapat menunda,
mengurangi atau meningkatkan penyerapan obat. Itulah sebabnya mengapa beberapa
obat harus diminum pada waktu perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam
setelah makan) dan beberapa obat lain sebaiknya diambil bersamaan dengan
makanan
Interaksi antara obat & makanan dapat terjadi
ketika makanan yang dimakan mempengaruhi obat yang sedang digunakan, sehingga
mempengaruhi efek obat tersebut. Interaksi antara obat & makanan dapat
terjadi baik untuk obat resep dokter maupun obat yang dibeli bebas, seperti
obat antasida, vitamin dll
Kadang-kadang apabila minum obat berbarengan dengan
makanan, maka dapat mempengaruhi efektifitas obat dibandingkan apabila diminum
dalam keadaan perut kosong. Selain itu
konsumsi secara bersamaan antara vitamin atau suplemen herbal dengan obat juga
dapat menyebabkan terjadinya efek samping.
Pada
pemberian obat-obat tertentu bersamaan dengan makanan dapat terjadi interaksi
yang berakibat, makanan dapat mengubah aktivitas obat yang mengakibatkan
respons terhadap obat berkurang atau sebaliknya respons terhadap justru
meningkat, sebaliknya obat dapat pula memberikan efek negatif terhadap makanan,
misalnya berkurangnya nutrisi makanan tertentu.
Efek
Makanan Terhadap Absorpsi Obat
Pada
interaksi obat – makanan yang paling sering terjadi ialah terganggunya absorpsi
obat dari saluran cerna. Alasan utama mengapa terjadi interaksi obat – makanan
ialah karena sebagian besar obat diberikan secara oral.
Sebagaimana
halnya pada interaksi absorpsi obat – obat, interaksi obat – makanan dapat
mengakibatkan kecepatan absorpsi obat terganggu, atau mungkin juga jumlah
seluruh obat yang diabsorpsi berkurang, dengan perkataan lain bioavailabilitas
obat berkurang. Kelompok-kelompok obat yang absorpsinya terhambat karena
makanan antara lain kebanyakan preparat Penicillin, Tetracyclin, Digoxin,
Acetaminophen, Levodopa, Aspirin. Dengan
demikian waktu yang sebaiknya bagi penderita untuk meminum obat-obat tersebut
ialah satu jam sebelum atau dua jam sesudah makan. Obat-obat tertentu absorpsinya
justru meningkat kalau diberikan bersamaan dengan makanan, misalnya
Spironolacton, Griseofulvin kalau dimakan bersamaan dengan makanan tertentu
(berlemak).
Contoh reaksi yang dapat timbul
apabila terjadi interaksi antara obat & makanan
Makanan
dapat mempercepat atau memperlambat efek dari obat. Beberapa obat tertentu
dapat menyebabkan vitamin & mineral tidak bekerja secara tepat di tubuh. Menyebabkan hilangnya atau bertambahnya nafsu
makan. Obat dapat mempengaruhi nutrisi tubuh. Obat herbal dapat berinteraksi
dengan obat modern.
Selain
itu, besar kecilnya efek interaksi antara obat & makanan antara tiap orang
dapat berbeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu seperti: Besarnya dosis obat yang diminum. Usia, kondisi tubuh & kondisi kesehatan pasien. Waktu konsumsi makanan & waktu konsumsi obat.
Untuk
menghindari terjadinya interaksi antara obat & makanan, bukan berarti
menghindari untuk mengkonsumsi obat atau makanan tersebut. Yang sebaiknya
dilakukan adalah pengaturan waktu antara obat & makanan untuk dikonsumsi
dalam waktu yang berbeda. Dengan mempunyai informasi yang cukup mengenai obat
yang digunakan serta kapan waktu yang tepat untuk mengkonsumsinya, maka kita
dapat menghindari terjadinya interaksi antara obat & makanan.
Efek
Interaksi Obat dan makanan
Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, beberapa makanan dapat berinteraksi dengan
obat tertentu seperti misalnya berikatan dengan zat aktif obat sehingga
mengurangi penyerapan obat atau mempercepat eliminasi obat. Karena biasanya
orang dewasa mengkonsumsi lebih banyak obat dibandingkan anak-anak, maka efek
interaksi antara obat & makanan dapat meningkat seiring dengan
usia. Akan tetapi biasanya efek samping tersebut kurang diketahui atau
diperhatikan karena reaksi yang terjadi hampir menyerupai gejala atau tanda
dari penyakit tertentu, seperti diare atau konstipasi, rasa lelah dll
Interaksi
Farmakologik
Selain
berpengaruh terhadap obat, makanan dapat juga berinteraksi (invivo) dengan obat
tertentu. Dari segi klinik yang penting antara lain adalah yang terjadi pada
MAO-inhibitor
MAO- Inhibitor (Monoamine
Oxydase Inhibitor)
Unsur
monoamine oxydase dapat membiotrasnferasi Tyramin yang ada dalam makanan
sebelum mencapai sirkulasi sistemik. Bila seorang penderita diberi terapi
dengan salah satu dengan obat MAO-I, maka ada kemungkinan Tyramin yang didapat
dalam makanan, tiba-tiba dalam jumlah yang besar masuk dalam peredaran sistemik
dan ini dapat mengakibatkan pressor yang besar sekali, sehingga dapat terjadi
hipertensi yang akut atau krisis hipertensi
Jenis
Obat dan Makanan yang dapat berinteraksi
Salah
satu contoh interaksi antara obat & makanan yang dapat terjadi adalah
keasaman dari jus buah dapat menurunkan efektifitas antibiotika seperti
penisilin, kemudian susu dapat membentuk kelat apabila diminum dengan
tetrasiklin sehingga mempengaruhi efektifitas antibakteri tetrasiklin
Berikut adalah contoh aturan
minum beberapa jenis obat
Harus
diminum dalam keadaan perut kosong antara lain Ampicillin, Bisacodyl, Captopril,
Dicloxacillin, Lansoprazole, Omeprazole, Rifampicin, Sulfamethoxazole
–trimethoprim, Sulfadiazine, Tetracycline.
Diminum dalam keadaan perut penuh, antara lain adalah Allopurinol
(diminum sesudah makan), Augmentin, Aspirin, Chloroquine, Cimetidine, Diclofenac,
Doxycycline, Griseofulvin, Metronidazole, Piroxicam, Prednisone
Beberapa
jenis obat yang dapat berinteraksi apabila diminum dengan dengan jus buah
terutama buah anggur, seperti : Alprazolam, Atorvastatin , Benzodiazepines, Carbamazepine,
Clarithromycin, Codeine, Dextromethorphan, Diazepam, Diltiazem, Estrogen, Erythromycin,
Lovastatin, Nifedipine, Progesterone dan Simvastatin
Menghindari
Interaksi
Meskipun
tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan atau dapat berinteraksi dengan
makanan, akan tetapi lebih baik untuk memperhatikan aturan minum dari setiap
obat yang di konsumsi. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya interaksi
antara obat & makanan, sebaiknya :
1. Bacalah label obat dengan teliti, apabila
kurang memahami dapat ditanyakan dengan dokter yang meresepkan atau apoteker.
2. Baca aturan pakai, label perhatian &
peringatan interaksi obat yang tercantum dalam label atau wadah obat. Bahkan
obat yang dijual bebas juga perlu aturan pakai yang disarankan.
3. Sebaiknya minum obat dengan segelas air
putih.
4. Jangan campur obat dengan makanan atau
membuka kapsul kecuali atas petunjuk dokter.
5. Vitamin atau suplemen kesehatan sebaiknya
jangan diminum berbarengan dengan obat karena terdapat beberapa jenis vitamin
& mineral tertentu yang dapat berinteraksi dengan obat.
6. Jangan pernah minum obat berbarengan
dengan minuman yang mengandung alkohol
7. Sebelum mengkonsumsi obat, sebaiknya
konsultasikan dahulu dengan dokter atau apoteker untuk mengetahui aturan pakai
yang tepat.
8. Dan juga saat konsultasi dengan dokter,
beritahukan semua obat atau vitamin yang sedang di konsumsi saat ini untuk
mencegah terjadinya interaksi
Beberapa contoh interaksi obat
dan makanan
Tidak semua obat berinteraksi dengan makanan. Namun,
banyak obat-obatan yang dipengaruhi oleh makanan tertentu dan waktu memakannya
1.
Jus Jeruk.
Jus
jeruk menghambat enzim yang terlibat dalam metabolisme obat sehingga
mengintensifkan pengaruh obat-obatan tertentu. Peningkatan pengaruh obat
mungkin kelihatannya baik, padahal tidak. Jika obat diserap lebih dari yang
diharapkan, obat tersebut akan memiliki efek berlebihan. Misalnya, obat untuk
membantu mengurangi tekanan darah bisa menurunkan tekanan darah terlalu jauh. Konsumsi
jus jeruk pada saat yang sama dengan obat penurun kolesterol juga meningkatkan
penyerapan bahan aktifnya dan menyebabkan kerusakan otot yang parah. Jeruk yang
dimakan secara bersamaan dengan obat anti-inflamasi atau aspirin juga dapat
memicu rasa panas dan asam di perut.
2. Makanan
mengandung Kalsium
Kalsium
atau makanan yang mengandung kalsium, seperti susu dan produk susu lainnya dapat mengurangi
penyerapan tetrasiklin
3. Makanan
Kaya Vitamin
Makanan
yang kaya vitamin K (kubis, brokoli, bayam, alpukat, selada) harus
dibatasi konsumsinya jika sedang mendapatkan terapi antikoagulan (misalnya
warfarin), untuk mengencerkan darah. Sayuran itu mengurangi efektivitas
pengobatan dan meningkatkan risiko trombosis (pembekuan darah).
4. Anggur
Minuman
jus anggur diketahui dapat menyebabkan masalah dengan menghambat enzim yang
bekerja dalam metabolisme obat dan menguatkan efek obat-obatan tertentu,
termasuk diantaranya estrogen (yang ada di dalam pil penjarang kehamilan),
calcium channel blockers (obat tekanan tinggi) dan obat penenang benzodiazepine
tertentu.darah
5. Digoxin
Penderita
penyakit jantung yang sedang meminum obat digoxin, sebaiknya menghindari mengkonsumsi havermut-oatmeal. Kandungan serat tinggi di dalam havermut
diketahui dapat menghambat proses absorpsi obat.
6. Kafein
Kafein
meningkatkan risiko overdosis antibiotik tertentu (enoxacin,
ciprofloxacin, norfloksasin). Untuk menghindari keluhan palpitasi, tremor,
berkeringat atau halusinasi, yang terbaik adalah menghindari minum kopi,
teh atau soda pada masa pengobatan
7. Tyramine
Jangan
mencampur jenis makanan yang kaya akan kandungan tyramine seperti yang terdapat
pada keju, daging olahan, avokad, pisang, red wine ataupun produk-produk
yang mengandung kafein dengan MAO Inhibitor (obat untuk penderita depresi
fobia). Pencampuran ini dapat menyebabkan orang menderita sakit kepala yang
parah dan kenaikan tekanan darah yang kemungkinan berakibat fatal (Hypertensive
Crisis).
Beberapa
jenis makanan dapat mencegah obat-obat tertentu untuk diserap ke dalam darah
setelah ditelan, dan yang lain sebaliknya dapat meningkatkan penyerapan obat. Contohnya,
jika meminum segelas susu ketika
menggunakan obat antibiotik tetrasiklin,
maka calcium yang ada dalam susu akan mengikat tertrasiklin, membentuk senyawa
yang tidak mungkin dapat diserap oleh tubuh ke dalam darah, sehingga efek yang
diharapkan dari obat tetrasiklin tidak akan terjadi. Meminum segelas jus citrus
bersamaan dengan suplemen yang mengandung zat besi akan sangat bermanfaat
karena vitamin C yang ada dalam jus akan meningkatkan penyerapan zat besi
Beberapa
makanan benar-benar bisa mengganggu efek yang diinginkan dari obat. Contohnya,
orang yang menggunakan obat pengencer darah warfarin seharusnya tidak
mengkonsumsi secara bersamaan makanan yang banyak mengandung vitamin K seperti
brokoli, atau bayam, maka vitamin K membantu pembekuan darah, sehingga melawan
efek dari obat warfarin. Efek yang
sebaliknya terjadi dengan vitamin E, bawang dan bawang putih, karena
bahan-bahan ini menghaslkan efek yang mirip dengan efek warfarin. Konsumsi
dalam jumlah besar dari makanan ini dapat menyebabkan efek warfarin menjadi
terlalu kuat.
Tips
1.
Ikuti
petunjuk pemberian obat oleh dokter/apoteker, apakah obat harus diminum saat
perut kosong, bersamaan dengan saat makan, atau waktu lainnya.
2.
Bila
membeli obat bebas, bacalah dengan seksama label petunjuk pemakaian obat untuk
memeriksa hal ini, terutama pada bagian “interaksi obat”. Baca semua petunjuk,
peringatan dan pencegahan interaksi yang tercetak pada label tersebut.
3.
Bila
mendapatkan obat resep dari dokter, tanyakan padanya makanan apa yang
harus dihindari saat mengkonsumsinya
4.
Baca
label obat resep. Jika tidak memahami sesuatu, tanyakan kepada dokter
atau apoteker. Minumlah obat dengan segelas air, kecuali dokter
menyarankan lain.
5.
Bila
kesulitan menelan obat dengan air, tanyakan apakah boleh menggantinya dengan
pisang, misalnya. Dokter mungkin dapat memberi alternatif bentuk obat lain seperti
sirup atau puyer untuk itu.
6.
Jangan
mengaduk obat dengan makanan atau membuka kapsul (kecuali disarankan dokter),
karena hal tersebut dapat mengubah cara obat bekerja
7.
Jangan
meminum pil vitamin bersamaan dengan meminum obat. Vitamin dan mineral
dapat berinteraksi dengan beberapa obat-obatan.
8.
Jangan
mencampur obat ke dalam minuman panas karena panas dapat merusak atau
menghambat kerja obat.
9.
Produk
herbal tidak dianggap sebagai obat sehingga tidak diuji secara komprehensif.
Namun, makanan tersebut mungkin dapat berinteraksi dengan obat tertentu. Bila
memakai herbal atau jamu, harus memberitahu dokter dan apoteker untuk
menghindari interaksi obat.
Telah
banyak penelitian yang menunjukkan terjadinya interaksi antara buah grapefruit
(Citrus paradisi/JERUK). Sebuah penelitian yang memulai studi tentang
interaksi ini adalah penelitian case report oleh Bonin B, Vandel P, Vandel S,
Kantelip JP (2001). Seorang pria 58 tahun, menerima carbamazepine 1000mg
perhari untuk penatalaksanaan epilepsi yang dideritanya. Suatu ketika pasien
tersebut ditemukan mengalami kenaikan kadar carbamazepine dalam darah sampai
dengan 11 mcg/ml, padahal biasanya kadar carbamazepin pasien tersebut tidak
lebih dari 5,4 mcg/ml. Pasien tersebut mengatakan selama 1 bulan terakhir ia
rutin mengkonsumsi 1 buah grapefruit setiap hari.
Pada penelitian
lain yang dilakukan oleh Garg SK, Kumar N, Bhargava VK, Prabhakar SK
(1998), sebuah studi acak dilakukan terhadap 10 orang pengidap epilepsi yang
menerima carbamazepine 200mg 3 kali sehari. Ditemukan bahwa pemberian dosis
tunggal jus grapefruit 300 ml perhari dapat menaikkan kadar plasma dan AUC
carbamazepine sebanyak 40%.
Untuk
buah delima (Punica granatum), Hidaka M., et all (2005) menemukan bahwa
buah delima memiliki karakteristik interaksi terhadap carbamazepine yang sama
dengan dengan grapefruit
Mekanisme
interaksi yang dihipotesiskan dalam beberapa penelitian dirangkum dalam
Sockley’s (2005) adalah sebagai berikut:
1.
Sitokrom P450 koenzim CYP3A4 merupakan enzim
utama yang terlibat dalam metabolisme karbamazepin.
2.
Grapefruit/jeruk dan buah delima menginhibisi
sitokrom P450 isoenzim CYP3A4, yang mengakibatkan terhambatnya metabolisme
karbamazepin, sehingga jumlah karbamazepin aktif meningkat
Bagaimana
mengetahui jika suatu makanan tertentu aman dikonsumsi?
Untungnya,
jumlah interaksi makanan dan obat yang memberikan efek berbahaya sedikit
sekali. Meskipun begitu, agar aman, harus hati-hati membaca label semua obat
yang digunakan untuk mengecek interaksinya. Selalulah bicarakan dengan dokter
atau apoteker tentang makanan ( obat )
yang diketahui berinteraksi. Selain itu, jika obat terlihat tidak menghasilkan
efek yang diharapkan, atau jika mengalami efek samping yang tidak diharapkan, evaluasi
diet/ makanan tersebut dengan dokter atau apoteker untuk mengetahui
kemungkinan adanya interaksi obat – makanan.
Bagaimana
jika tidak dibolehkan mengkonsumsi makanan favorit ..?
Jika
dokter atau apoteker menyarankan untuk menghindari
makanan tertentu saat menggunakan obat, sangat penting untuk menghindari
makanan tersebut. Tetapi pilihan lain masih tetap tersedia. Jika sedang ada
dalam situasi seperti ini, sampaikan masalah ini pada dokter atau apoteker.
Beberapa interaksi makanan dan obat terjadi hanya jika makanan dimakan pada
saat yang sama dengan obat, buat skedul yang memungkinkan untuk menggunakan
obat sambil terus mengkonsumsi makanan favorit anda
Bagaimana
makanan dan obat berinteraksi?
- Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam
banyak cara yang berbeda.
- Perubahan-perubahan lain dapat disebabkan
oleh jumlah protein dalam diet, atau bahkan cara makanan tersebut
disiapkan.
- Salah satu cara yang paling umum makanan
mempengaruhi efek obat adalah dengan mengubah cara obat-obat tersebut
diuraikan ( dimetabolisme )
oleh tubuh.
- Jenis protein yang disebut enzim,
memetabolisme banyak obat. Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim ini
bekerja lebih cepat atau lebih lambat, baik dengan memperpendek atau
memperpanjang waktu yang dilalui obat di dalam tubuh. Jika makanan
mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan dapat
menjadi kurang efektif. Jika makanan memperlambat enzim, obat akan berada
lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak dikehendaki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar